jpnn.com - JAKARTA – Kementerian Kesehatan bergerak cepat menindaklanjuti kasus WNI asal Madiun yang dicurigai (suspect) virus ebola. Mereka membentuk tim untuk menelusuri dan memastikan apakah pasien yang dirawat di RSUD dr Soedono itu termasuk suspect ebola atau tidak.
Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan pasien, Muk (29), sempat satu pesawat darinya dari Abu Dhabi (Uni Emirat Arab) ke Jakarta.
BACA JUGA: Pengganti Pimpinan KPK Terancam Kisruh DPR
"Saat itu saya usai mengikuti pertemuan WHO. Saya melihat para WNI itu tak mengalami gejala apapun dalam pesawat," ujar Tjandra.
Tjandra mengaku sempat bertemu rombongan termasuk Muk, mereka tak tampak mengalami gejala seperti ebola.
BACA JUGA: Susi Janji Gajinya sebagai Menteri untuk Asuransi Nelayan Tua
"Dalam pesawat mereka sehat, tak tampak seperti orang yang sedang sakit," paparnya.
Menurut Tjandra, karantina terhadap rombongan WNI yang berasal dari benua Afrika itu memang sempat dilakukan.
BACA JUGA: Tak Kenal Jokowi, Sudirman Said Kaget Ditelepon untuk Jadi Menteri
"Saat itu petugas mendapatkan informasi ada sekitar 20-an orang yang baru tiba dari Afrika Barat. Kita lantas terapkan SOP untuk mengantisipasi masuknya penyakit ke Indonesia,’’ jelasnya.
Oleh karenanya begitu mendarat, rombongan ini langsung dikarantina. Versi Kemenkes, lantaran tak menunjukkan gejala apapun, rombongan ini akhirnya diizinkan keluar karantina. Tjandra menduga Muk menderita malaria.
"Sebab dia memiliki riwayat malaria. Tapi untuk lebih antisipasinya, saya sudah minta yang bersangkutan dilakukan pemeriksaan lagi,’’ paparnya.
Meski tak yakin ebola, namun Kemenkes tetap mewaspadai rombongan tersebut. Tim yang dibentuk selain memeriksa sample darah pasien, mereka juga akan menelusuri orang-orang yang pernah kontak dengan pasien Muk dan rombongan lainnya.
Antisipasi itu dilakukan karena Kemenkes khawatir Muk masih dalam masa inkubasi virus. Masa inkubasi ialah masa virus masuk hingga timbul gejala.
"Gejalanya bisa saja ketahuan sejak 2 hari sampai 21 hari,’’ ujarnya.
Gejala ebola antara lain demam yang tak diketahui penyebabnya, nyeri otot, terjadi gangguan saluran cerna, pendarahan, baik pada hidung maupun muntah.
Tjandra menyakinkan selama masa inkubasi ebola tidak akan menular. Sehingga kecil kemungkinan mereka yang bersama satu pesawat akan tertular jika memang Muk positif terjangkit ebola.
"Tapi tetap kita melakukan langkah antisipasinya dengan membentuk tim,’’ jelasnya.
Tim itu akan membantu menyelidiki dan menelusuri orang-orang yang melakukan kontak dengan pasien. Kasus seperti Muk ini menurut Tjandra sempat terjadi di Jakata. Ketika itu ada seorang pria yang baru pulang dari Nigeria.
"Dia juga mengelukan demam dan nyeri-nyeri. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, ia negatif ebola tapi terserang malaria,’’ ujarnya.
Sementara itu langkah antisipasi masuknya ebola juga dilakukan Kementerian Luar Negeri. Kementerian itu kini sedang menghimpun data WNI yang berada di sejumlah negara di Afrika.
’’Kita sudah sebar juga himbauan untuk WNI, khususnya yang berada di sejumlah negara di Afrika,’’ jelas Juru Bicara Kemenlu Michael Tene.
Dalam himbauan itu WNI dijelaskan segala sesuatu tentang ebola. Mulai dari pengenalan virus, gejala, cara penularan sampai pencegahannya. Kemenlu juga menghimbau agar WNI sementara waktu tak bepergian ke daerah yang tengah dilanda wabah ebola atau memiliki riwayat wabah.
Mengenai bisa keluarnya Muk dan rombongannya dari Afrika, Tene masih belum mendapatkan data. Pasalnya di Liberia, Indonesia tak memiliki KBRI.
"Sejauh ini kami juga belum mendapatkan data adanya WNI di Afrika yang dinyatakan suspect ebola," jelasnya.(mia/gun)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kepala Daerah Dilarang Pakai Jalur Khusus
Redaktur : Tim Redaksi