Kemenpar dan DMI Bersinergi Kembangkan Wisata Religi Berbasis Masjid

Sabtu, 17 Juni 2017 – 13:22 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya. Foto: Kemenpar for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) tak mau setengah-setengah dalam mengembangkan wisata religi.

Kementerian yang dipimpin Arief Yahya itu pun menggandeng Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk mengembangkan destinasi wisata religi berbasis masjid.

BACA JUGA: Ayo Nikmati Kemeriahan Wisata Berkuda di Parade 1001 Kuda Sandelwood

Untuk itu, Kemenpar dan DMI menandatangani nota kesepahaman atau MoU tentang Program Pengembangan Destinasi Wisata Berbasis Masjid di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Kamis (15/6).

Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga ketua DMI dan Menpar Arief Yahya hadir langsung pada acara itu.

BACA JUGA: Turis India dan Tiongkok Lebih Senang ke Indonesia Daripada Malaysia

Wapres yang kondang dengan sebutan Pak JK itu mengatakan, orang berwisata karena ingin melihat sesuatu yang beda.

Menurutnya, masjid dapat menjadi salah satu atraksi wisata karena keindahan arsitekturnya, sejarahnya dan bahkan nilai-nilai spiritualitasnya.

BACA JUGA: Kemenpar Gelar Pendidikan Kepariwisataan untuk 200 Guru di Ternate

Menurut JK, pengembangan masjid sebagai destinasi wisata akan membuat atraksi wisata yang lebih beragam. “Di Indonesia masjid tidak hanya menjadi ikon agama, namun juga menjadi ikon budaya,” ujarnya.

Meski demikian JK juga mengatakan bahwa program itu bukan berarti mengomersialkan masjid.

“Menjadikan masjid sebagai bagian dari pariwisata bukan berarti menjadikan masjid sebagai bentuk komersial, namun memperkenalkannya kepada wisatawan,” tegasnya.

JK lantas mencontohkan Masjid Biru di Turki yang selalu dikunjungi wisatawan karena nilai sejarahnya. Selain itu, ada pula Masjid Hassan di Casablanca, Maroko, yang dibangun di pinggir laut.

Sedangkan Indonesia, kata JK, punya Masjid Istiqlal yang luar biasa dari sisi sejarah pendirian, arsitektur dan konstruksi bangunannya.

“Masjid Istiqlal luar biasa, ini masjid besar tapi arsiteknya Kristen, bisa juga menjadi jualan untuk turis,” tuturnya.

JK mengatakan, wisatawan yang datang tidak hanya untuk melihat masjid. Sebab, kedatangan wisatawan religi juga akan memakmurkan masjid dan warga di sekitarnya.

“Masyarakat di sekitarnya bisa menjual suvenir, wisatawan akan makan di restoran, tinggal di hotel, menyewa kendaraan dan lain-lain,” tuturnya.

JK bahkan punya hitung-hitungan tersendiri soal potensi wisata religi ataupun halal tourism yang kini lebih dikenal dengan sebutan family friendly. Saat ini, di seluruh dunia ada sekitar 1,6 miliar muslim.

Sepertiganya atau sekitar 600 juta sudah termasuk golongan menengah. Menurut JK, angka itu merupakan potensi luar biasa. “Jika 600 juta orang itu berwisata, bayangkan berapa yang masuk (devisa, red)?” sebutnya.

Sedangkan Menpar Arief Yahya mengatakan, masjid sebagai tempat ibadah memang memiliki nilai-nilai spiritual. Namun, katanya, masjid sebagai destinasi wisata juga punya nilai ekonomi.

“Harus sepakat jika masjid merupakan Destinasi Wisata Religi yang mengandung spiritual value dan economic value meski dikelola secara modern dengan ekosistem pariwisata halal. Misalnya masalah kebersihan harus diperhatikan, pengelolaan menggunakan teknologi informasi dan lain-lain,” sebutnya.

Menteri asal Banyuwangi itu menambahkan, Kemenpar bersama DMI akan menentukan masjid-masjid yang bakal dikelola secara profesional baik secara ekonomi ataupun spiritual.

Targetnya, destinasi religi bisa berkontribusi sebesar 10 persen bagi jumlah wisatawa famili friendly.

“Masjid semakin dimakmurkan, semakin memakmurkan,” tegasnya di acara yang dihadiri  Agustianto Mingka dari Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Bambang Halilintar dari Asosiasi Travel Halal Indonesia (ATHIN), Rizanto Binol dari Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI), serta perwakilan Asosiasi Pelaksana Haji, Umroh dan Inbound Indonesia (ASPHURINDO) dan pelaku bisnis wisata lainnya itu.

Direktur Program DMI Munawar Fuad Noeh yang juga panitia acara mengatakan, masjid saat ini masih dipandang sebatas sebagai tempat beribadah dan pendidikan keagaamaan. Menurutnya, perlu ada sosialisasi mengenai perspektif tentang masjid yang lebih modern.

“Perspektif baru ini tentu akan berdampak positif bagi masyarakat sekitar maupun bagi masjid itu sendiri. Pandangan yang lebih besarnya lagi adalah peningkatan devisa negara dari sektor pariwisata destinasi religi,” sebutnya.

Menurutnya, saat ini ada 850 ribu masjid di Indonesia. “Dukungan pemerintah melalui kerja sama ini tentu akan dapat menyejahterakan 850 ribu masjid di Indonesia secara khusus dan tentunya masyarakat secara umumnya,” sebutnya.

Sedangkan  Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Family Friendly Kemenpar Riyanto Sofyan menjelaskan,  upaya menjadikan masjid sebagai atraksi untuk wisata religi memang memerlukan kesamaan pemahaman, arah, tujuan dan target.

Karenanya, harus ada sinergi guna mengembangkan masjid dalam pembangunan wisata religi yang berkesinambungan bagi kepentingan perekonomian nasional.

“Mengembangkan peran masjid dalam program wisata religi dengan dukungan industri digital yang saling terkoneksi dan berinteraksi untuk membangun kemakmuran dan dimakmurkan masjid,” tuturnya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuliner Tradisonal Indonesia Bikin Heboh Frankfurt Jerman


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler