jpnn.com, SEMARANG - Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendorong sentra-sentra kuliner yang menjadi destinasi wisata bisa memasang label family friendly pada jajanan yang dijual. Tujuannya agar sentra kuliner berlabel halal atau yang kini dikenal pula dengan istilah family friendly bisa memikat lebih banyak wisatawan.
Anggota Tim Percepatan Belanja dan Kuliner Kemenpar Tendi Naim mengatakan, menyediakan makanan Family Friendly bukan hanya demi memenuhi kebutuhan warga muslim. Sebab, mengonsumsi makanan sehat itu justru menjadi gaya hidup termasuk wisatawan mancanegara (wisman) yang notabene non-muslim. “Seperti di Jepang, makanan family friendly sudah menjadi lifestyle,” ujarnya.
BACA JUGA: Menpar Diskusikan Potensi Kerja Sama Wisata Indonesia-Uzbekistan
Tendi Naim, kreatir Restoran Bumbu Desa itu lantas mencontohkan Pasar Semawis di Semarang, Jawa Tengah. Pasar malam di kawasan pecinan Semarang itu dikenal menyajikan berbagai jajanan enak.
Menpar Arief Yahya juga mengakui kuliner kawasan Jogja-Solo-Semarang (Joglosemar) memang beragam, kaya rasa dan punya karakter khas. Namun, Arief sudah berkali-kali mengingatkan, meskipun restoran itu sudah pasti family friendly, tapi sertifikat itu penting. Bagi wisatawan, label memang sangat penting.
BACA JUGA: Festival Golok Day 2017 Sukses Dongkrak Potensi Wisata Budaya di Banten
Menurut Tendi, andai penjaja makanan di Pasar Semawis memajang label halal dalam ukuran besar agar mudah terlihat, maka pengunjung pun akan semakin yakin untuk membeli hidangan yang dijajakan.
“Hanya untuk memantapkan pengunjung ketika memilih tempat makan saja. Pengalaman saat di Pasar Semawis, saya bingung mau makan apa, karena tidak ada warung yang memasang label family friendly. Padahal saya pengin jajan di sana,” terang Tendi yang satu tim dengan Ketua Tim Vita Datau Messakh itu.
BACA JUGA: National Geographic Tetapkan Borobudur 3 Besar Iconic Adventure
Hal lain yang juga patut diperhatikan di sentra kuliner adalah kebersihan. Menurutnya, pusat kuliner sangat rawan menjadi kumuh, terutama soal air.
“Jangan ada lagi ember buat mencuci piring. Semua harus sudah higienis, dengan instalasi air bersih yang baik,” ucapnya.
Di Semarang, salah satu sentra kuliner yang kondang selain Pasar Semawis adalah kawasan Kota Lama. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Semarang bahkan akan memoles kawasan Kota Lama yang belum tergarap menjadi sentra kuliner.
Ketua Kadin Kota Semarang Arnaz Agung Andrasmara mengatakan, pihaknya bakal menjadikan Jalan Branjangan yang selama ini menjadi arena sabung ayam menjadi sentra kuliner layaknya Pasar Semawis. Untuk itu, Kadin Semarang telah menyusun konsep agar Kota Lama bisa lebih hidup.
Kadin sengaja memilih area kumuh antara Jalan Branjangan atau Jalan Sendowo untuk dirombak menjadi arena yang mampu menarik minat wisatawan. “Jadi kami sepakat untuk menghidupkan daerah yang belum hidup. Di tempat itu masih kumuh, gelap, dan belum tertata. Kami jadi tertantang untuk menggarapnya,” katanya.
Arnaz menjelaskan, ada sejumlah pekerjaan untuk memoles kawasan Jalan Branjangan menjadisentra kuliner. Antara lain lampu penerangan, perbaikan paving, membereskan drainase dan penanaman pohon.
Menurut dia, jika sentra kuliner yang digagas itu sukses maka bisa diterapkan di jalan-jalan lain di kawasan Kota Lama. “Jika memungkinkan, sentra kuliner gagasan Kadin Semarang ini akan menjadi terusan bagi wisatawan yang berburu kuliner di Pasar Semawis,” cetusnya.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow! Pandeglang Food Festival 2017 Hebohnya Minta Ampun
Redaktur : Tim Redaksi