jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memetakan sembilan hambatan bagi pelaku industri dalam negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, terus berupaya menyelesaikan hambatan tersebut guna mengakselerasi pengembangan manufaktur nasional agar lebih berdaya saing di kancah global.
BACA JUGA: Kemenperin: Industri Kosmetik Tumbuh Signifikan, Capai 3,39 Persen
“Sedikitnya kami sudah memetakan, ada sembilan tantangan. Kami aktif melakukan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mendapatkan jalan keluarnya,” kata di Jakarta, Sabtu.
Agus menyebutkan sembilan tantangan tersebut, yaitu terkait bahan baku dan bahan penolong, infrastruktur, utilitas, ketersediaan tenaga ahli, tekanan produk impor, limbah plastik sebagai limbah B3, kendala sektor industri kecil menengah (IKM), logistik sektor industri, serta mengenai penguatan basis data sektor industri.
BACA JUGA: Kemenperin: Pasokan Gula Rafinasi Industri Mamin Aman, Total Kebutuhan 3,1 Juta Ton
“Kami bertekad untuk menjaga industri dapat bahan baku dan bahan penolong, salah satunya adalah pasokan gas,” ujar Agus.
Pada Juni 2020, dia mengatakan, pemerintah merealisasikan penurunan harga gas bumi untuk tujuh sektor industri yaitu industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
BACA JUGA: Kemenperin: Produksi Sabun Picu Pertumbuhan Industri Kosmetik
“Terdapat 176 perusahaan dari tujuh sektor yang saat ini mendapat fasilitas penurunan harga gas dengan total volume 957,3 ribu hingga 1,18 juta BBUTD,” jelas dia.
Sementara itu, mantan Menteri Sosial itu menyebut, mengenai tantangan infrastruktur dan utilitas, Kemenperin telah membangunan kawasan industri.
"Sehingga tumbuh dari 89 kawasan industri pada 2016 menjadi 128 kawasan industri pada 2020," sebut dia.
Politisi Partai Golkar itu juga mengatakan, terkait penciptaan tenaga ahli sektor industri yang kompeten, Kemenperin menginisiasi program pendidikan dan pelatihan vokasi yang mengusung konsep dual system.
“Kami memiliki 9 SMK, 10 Politeknik dan 2 Akademi Komunitas dengan 18.743 siswa dan mahasiswa yang ketika lulus telah siap kerja untuk memenuhi kebutuhan industri,” tutur Agus.
Selain itu Kemenperin juga melaksanakan program pendidikan setara Diploma 1 yang bekerja sama dengan industri. Secara rutin, Agus mengatakan, Kemenperin menyelenggarakan Diklat 3in1 untuk pelatihan, sertifikasi, dan sekaligus penempatan kerja.
"Pada 2021, diklat ditargetkan dapat melatih sebanyak 69.399 orang yang kemudian akan ditempatkan bekerja di perusahaan industri,” tegas dia.
Agus menyampaikan, mengenai tantangan pada tekanan produk impor, Kemenperin telah memiliki program subtitusi impor 35 persen bekerja sama antara lain dengan Kementerian Perdagangan.
“Kolaborasinya antara lain tentang larangan terbatas untuk beberapa komoditas, pengaturan entry point pelabuhan untuk komoditas tertentu, menaikkan tarif Most Favored Nation (MNF), dan menaikkan implementasi trade remedies,” kata Agus.
Lebih lanjut, kata Agus dalam upaya mendorong penguatan sektor IKM, Kemenperin akan memperkuat platform digital untuk pelaku IKM melalui program Smart Sentra, Smart Material Center, Smart Packaging Center dan Smart IKM.
"Terkait permasalahan logistik dan data, kami akan memperkuat SIINas yang saat ini telah memuat 18.522 akun perusahaan industri, 134 akun kawasan industri dan 11.918 akun perusahaan jasa,” pungkas dia. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia