Kemenperin Ungkap Penyebab Menumpuknya Kontainer di 2 Pelabuhan Besar Ini

Minggu, 19 Mei 2024 – 23:47 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan arahan kepada jajaran Ditjen Bea Cukai dan Otoritas Pelabuhan terkait keputusan pemerintah memberi relaksasi kebijakan larangan pembatasan barang impor. Foto: Dokumentasi Humas Bea Cukai

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan penyebab menumpuknya kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak terjadi karena dokumen impor yang tidak ada, bukan karena kendala persetujuan teknis sebagai syarat untuk mendapatkan perizinan.

"Menjawab isu penumpukan barang di pelabuhan, kami sampaikan bahwa yang tidak memiliki dokumen perizinan impor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan harus mendapatkan pertimbangan hukum dari aparat penegak hukum," kata juru bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif di Jakarta, Minggu (19/5).

BACA JUGA: Begini Respons Bea Cukai soal Relaksasi Kebijakan Larangan Pembatasan Barang Impor

Tentunya, lanjut dia, langkah yang diambil tetap mengedepankan upaya untuk menjaga industri dalam negeri dan investasi.

Dia mengatakan barang-barang tersebut masuk langsung melalui pusat logistik berikat sehingga setelah aturan larangan dan pembatasan (lartas) diubah dari awalnya post-border menjadi border, maka barang-barang impor itu tertahan dan tidak bisa keluar dari pelabuhan.

Untuk mengatasi hal ini pihaknya akan memperoleh data pemilik kontainer yang menumpuk di kedua pelabuhan tersebut supaya bisa dilakukan pengecekan internal sehingga bisa diselesaikan dengan cepat.

Dia mengatakan pengecekan itu dilakukan secara teliti agar perizinan yang diberikan tepat sasaran dan tidak mengakibatkan banjir impor, karena akan berdampak pada laju penjualan industri dalam negeri.

"Ada kekhawatiran bahwa kontainer yang menumpuk tidak memiliki pertek atau perizinan impor, atau bahkan memang tidak mengajukan permohonan setelah Peraturan Menteri Perindustrian mengenai pertek untuk masing-masing komoditas sebagai pendamping Peraturan Menteri Perdagangan," ungkapnya.

Febri menyampaikan pihak Kemenperin sudah bersikap proaktif dengan mengusulkan pengaturan lartas dalam tiga kategori, yakni usulan relaksasi pengaturan lartas terhadap 39 pos tarif/Harmonized System (HS), usulan penambahan pengaturan lartas untuk total 67 pos tarif/HS.

Kemudian usulan perubahan pada barang komplementer, barang keperluan tes pasar, dan/atau barang untuk pelayanan purna jual (KTPPJ) dengan jumlah total keseluruhan sebanyak enam pos tarif/HS.

Hingga 19 Mei, Kemenperin menyatakan telah menerbitkan 1.766 pertimbangan teknis (Pertek) dari total 3.380 permohonan.

BACA JUGA: Pastikan Arus Barang Lancar, Menko Airlangga Minta Instansi di Pelabuhan Bekerja 24 Jam

Sementara itu, 1.603 permohonan lainnya sedang dalam proses, dan 11 permohonan ditolak.

Adapun berdasarkan data pada Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), dari 1.603 permohonan yang sedang dalam proses tersebut, 73,30 persen di antaranya telah dikembalikan kepada pemohon.

Hal ini terjadi karena adanya kekurangan data atau belum melengkapi persyaratan sesuai pengaturan dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin).

Berdasarkan data 17 Mei, terdapat 1.743 Pertek yang telah diterbitkan, 1.421 pengajuan merupakan Persetujuan Impor (PI) kepada Kementerian Perdagangan, dan 1.213 PI telah diterbitkan.

Rata-rata persentase penerbitan PI oleh Kementerian Perdagangan adalah 69,5 persen. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler