Kemenpora Gelar FGD, Ungkap Kondisi yang Dihadapi Penyandang Disabilitas di Indonesia

Kamis, 15 Agustus 2024 – 22:15 WIB
Salah satu peserta FGD, Popon yang merupakan penyandang disabilitas tuna netra turut menyuarakan aspirasinya. Foto: Dokumentasi Kemenpora

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Kegiatan Kemitraan Olahraga Penyandang Disabilitas Lintas Sektoral pada 15-16 Agustus 2024.

Salah satu narasumber dari Kementerian Sosial (Kemensos), Tina Camelia menyoroti perlunya pengembangan kurikulum olahraga kebugaran yang spesifik untuk penyandang disabilitas.

BACA JUGA: Tingkatkan Kompetensi ASN, Kemenpora RI Gelar Pelatihan Legal Drafting

“Bagaimana kalau dibuatkan kurikulum olahraga kebugaran untuk disabilitas? Juga kurikulum Pendidikan berbasis HAM dan disabilitas!,” kata Tina.

Tina Camelia juga menekankan dampak negatif dari minimnya aktivitas fisik bagi penyandang disabilitas.

BACA JUGA: Kemenpora RI Sambut dengan Bangga Kedatangan Kontingen Indonesia dari Paralimpiade Paris

“Jika disabilitas tidak melakukan aktivitas fisik, maka tingkat disabilitasnya bisa semakin berat,” ujarnya.

Narasumber lainnya, Ahmad Rosidi dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menjelaskan Indonesia saat ini sedang berproses untuk memperbaiki pelayanan bagi penyandang disabilitas.

"Terdapat 146.454 siswa SLB yang ada di Indonesia," sebut Ahmad Rosidi dalam paparannya.

FGD ini juga mengungkap sejumlah kondisi yang dihadapi penyandang disabilitas di Indonesia, antara lain:

1. Disabilitas tidak punya identitas.

2. Disabilitas membutuhkan biaya tambahan untuk kebutuhan alat bantu dan pendampingan.

3. 72 persen penyandang disabilitas bekerja di sektor informal.

4. Standar Pelayanan dan infrastruktur fasilitas publik belum sepenuhnya mengakomodir kebutuhan penyandang disabilitas.

5. Penyandang disabilitas memiliki pendapatan rata-rata lebih rendah daripada non-disabilitas.

Salah satu peserta FGD bernama Popon menyampaikan penyandang disabilitas, mulai dari anak hingga dewasa, hanya memerlukan bimbingan, kepercayaan, kesempatan, dan pengakuan.

Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi konkret dan program-program yang lebih inklusif untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di Indonesia, serta memperkuat sinergi antarlembaga pemerintah dalam mewujudkan tujuan tersebut. (mrk/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler