jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) telah menyusun grand design atau desain besar olahraga nasional dalam meningkatkan prestasi olahraga nasional di tingkat internasional.
Salah satu muatan dalam desain besar ini adalah menetapkan 14 cabang olahraga unggulan yang akan diikutsertakan dalam event olahraga internasional Olimpiade dan Paralimpiade.
BACA JUGA: Kemenpora Gelar Bimtek Sepak Bola di Maluku
Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Kemenpora Chandra Bhakti mengungkapkan bahwa 14 cabang olahraga yang tersebut ditetapkan berdasarkan satu kajian di mana cabang olahraga yang diunggulkan dengan disesuaikan dengan kemampuan fisik orang Indonesia yang mengandalkan teknik dan akurasi.
“Pemilihan 14 cabang olahraga ini sudah melalui satu kajian. Kita melihat lebih pada olahraga yang mengutamakan teknik dan akurasi bukan yang mengandalkan fisik. Karena fisik kita jika diukur dengan orang Eropa dan Amerika tentu kita kalah fisik,” kata Chandra Bhakti dalam acara Media Gathering di kawasan Harmoni, Jakarta, Selasa (4/5).
BACA JUGA: Kemenpora Bakal Berikan Rekomendasi PSSI untuk Urus Izin Liga 1 dan Liga 2
Di sisi lain, dari 14 cabang olahraga ini, beberapa di antaranya kerap menorehkan prestasi di event-event internasional seperti cabang olahraga bulu tangkis, angkat besi, panahan, menembak dan lainnya. Di samping itu pola pembinaan mereka selama ini dinilai berjalan dengan baik.
“Tetapi 14 cabor ini bisa saja salah satunya akan terjadi degradasi ketika misalnya terjadi gesekan (dalam organisasi). Salah satunya cabang olahraga ini misalnya terjadi dualism atau tigalisme. Bisa juga yang tadi tidak masuk 14 ini karena pembinaannya baik bisa masuk ini bukan harga mati 14 cabang olahraga ini,” ungkap Chandra.
BACA JUGA: Kemenpora Resmi Meluncurkan Program Pemuda Indonesia Mengaji
Menurut Chandra, untuk meningkatkan prestasi di event internasional, terutama olimpiade dan paralimpiade yang merupakan sasaran utama dalam grand design olahraga nasional. Para atlet perlu dilakukan pola pembinaan sejak usia dini.
“Prestasi atlet kita selama ini itu datang dari atlet itu sendiri, artinya prestasi itu by accident bukan by design. Dalam konteks yang lebih luas, maka kita perlu mempersiapkan sebuah konsep, sebuah perencanaan agar atlet kita bisa mencapai puncak prestasinya,” ujarnya.
Terlebih Indonesia ditargetkan jadi tuan rumah dan tengah dalam proses bidding untuk olimpiade 2032 mendatang. Pemerintah tidak ingin Indonesia hanya sekadar jadi penyelenggara saja, tapi juga harus sukses meraih prestasi. Bahkan ditargetkan masuk 10 besar peraih medali terbanyak.
“Target kita adalah Indonesia maju. 10 besar besar olimpiade dan para olimpiade 2032. Kenapa? kita sama ketahui bahwa kita ingin bahwa kita menjadi tuan rumah olimpiade dan paralimpiade. Tentu kalau kita nanti menjadi tuan rumahnya, kita tidak hanya ingin sukses penyelenggaraan. Tetapi juga sukses prestasi. Oleh karena itu paralel dengan penyiapan dengan menjadi tuan rumah kita harus melakukan proses itu, kita menyiapkan atlet jadi upaya kita dalam hal pembinaan jangka panjang,” ujar Chandra.
Sementara itu, terkait kekhawatiran banyak pihak bahwa desain besar yang tersusun saat ini akan berubah lagi saat pergantian pemerintahan, Chandra memastikan pihaknya di Kemenpora bersama stakeholder meletakan sistem pola pembinaan atlet hingga tahun 2045 nanti.
“Tentu Pak Menteri melihat prestasi ini harus didesain, makanya kami menyusun grand design, sistemnya kami bentuk. Dan ini harus kami realisasikan. Oleh karena itu, harus kami bungkus dengan regulasinya Peraturan Presiden (Perpres),” jelasnya.(jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi