Kemensos Siap Memfasilitasi Rehabilitasi Fisik Adul Selama 1 Tahun

Minggu, 21 Maret 2021 – 14:50 WIB
Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan lanjutan kepada bocah penyandang disabilitas fisik Mukhlis Abdul Kholik alias Adul (11). Foto: Kemensos.

jpnn.com, SUKABUMI - Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan bantuan lanjutan kepada bocah penyandang disabilitas fisik Mukhlis Abdul Kholik alias Adul (11).

Kemensos melalui dua unit pelaksana teknis (UPT) siap memfasilitasi proses rekonstruksi dan rehabilitasi fisik pelajar kelas 5 SD itu selama satu tahun.

BACA JUGA: Bu Risma Memerintahkan Jajaran Respons Cepat Kasus Anak dengan Kelainan Tulang Paha

Sebelumnya UPT Kemensos, Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental Phala Martha di Sukabumi telah melakukan asesmen awal terhadap Adul.

Berdasarkan asesmen awal, tim Balai Phala Martha berkoordinasi dengan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Prof. Dr. Soeharso di Surakarta yang menangani penyandang disabilitas fisik. Serta membuat dan menyediakan alat bantu bagi penyandang disabilitas.

BACA JUGA: Penyandang Disabilitas Seharusnya Diprioritaskan Dalam Program Vaksinasi Covid-19

Tim respons kasus Balai Besar Soeharso yang terdiri dari Fisioterapis Wahyu Ambarwati Utari, Ortosis Protesis Praba Herlambang dan Penyuluh Sosial Ahli Muda Rina Setyawati mengunjungi Adul untuk melakukan asesmen fisik dan melakukan rontgen di Rumah Sakit Kartika Sukabumi.

“Asesmen fisik meliputi pengecekan pada bagian-bagian tubuh Adul terutama pada bagian panggul dan pinggul,” kata fisioterapis Balai Besar Soeharso Wahyu, kepada kedua orangtua di Sukabumi (21/03).

BACA JUGA: Kemendikbud Gelontorkan Dana FBK Rp76 Miliar untuk Perempuan dan Disabilitas

Selesai melakukan asesmen fisik, tim respons kasus membawa Adul ke rumah sakit untuk melihat bagian-bagian tubuhnya melalui rontgen anatomi.

“Tindakan ini bertujuan untuk melihat struktur tubuh dari Adul,” kata Wahyu.

Selanjutnya, tim respons kasus memberikan gambaran hasil asesmen fisik kepada orang tua Adul, Dadan Hamdani dan Pipin.

Dokter spesialis ortopedi menyatakan tulang paha Adul tidak terbentuk dan pergelangan kaki kanan menapak pada punggung kaki.

Tindakan yang disarankan adalah merekonstruksi kedua telapak kaki agar posisi menapak penuh.

Selanjutnya kaki kiri diberikan ortose agar tinggi kedua kaki sama.
“Dokter menyampaikan bahwa proses rekonstruksi dan rehabilitasi fisik ini memerlukan waktu kurang lebih satu tahun,” kata Wahyu, kepada kedua orangtua Adul.

Selain itu, hasil pemeriksaan fisik pada mulut Adul, diketahui terdapat kelainan yaitu rahang atas yang tidak menutup sempurna. Hal ini menyebabkan suara sengau.

“Untuk penanganan kelainan tersebut memerlukan konsultasi dokter spesialis bedah mulut,” kata Wahyu.

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, tim respons kasus merekomendasikan kepada kedua orang tua agar Adul diberikan layanan rehabilitasi sosial di Balai Besar Disabilitas Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Rekomendasi ini disampaikan berdasarkan arahan Kepala Balai Besar Disabilitas Prof. Dr. Soeharso Surakarta Heri Krissritanto.

Balai Besar Soeharso memiliki fasilitas ruang terapi lengkap untuk penyandang disabilitas fisik dan juga fasilitas keterampilan untuk pengembangan sosial ekonomi para penyandang disabilitas.

Selain fasilitas tersebut, Adul juga setiap hari akan diberi layanan terapi oleh fisioterapis, kemudian dibantu oleh ortesis dan protesis untuk dibuatkan alat bantu yang adaptif.

Tentunya layanan yang diberikan akan mempercepat proses rehabilitasi Adul agar dapat beraktivitas dengan nyaman.

Kedua orang tua Adul menyambut baik rekomendasi Kemensos.

“Saya berterima kasih atas rekomendasi ini. Akan saya bicarakan terlebih dahulu dengan keluarga, terutama Adul yang akan menjalankan proses rehabilitasi fisik,” kata Dadan.

Berdasarkan asesmen psikososial, Adul terlihat mandiri dalam beraktivitas sehari-hari.

Adul terlihat ceria dan komunikatif serta percaya diri. Hal tersebut terbukti dari cara Adul yang mampu menjawab setiap pertanyaan petugas.

Siswa kelas 5 SD ini mengaku kerap mengalami perundungan (bully) dari teman-temannya tentang kondisi disabilitasnya. Namun, dia tetap percaya diri. Dari dulu, cita-citanya tidak berubah, yakni menjadi petugas pemadam kebakaran. (*/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler