Kementan Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap El Nino

Selasa, 30 Mei 2023 – 15:06 WIB
Acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 21 dengan tema “Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap El Nino” di AOR BPPSDMP, Selasa (30/5). Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Pertanian ialah sektor strategis yang memberi kepastian keuntungan berlimpah.

Pertanian juga terbukti menjadi sektor terkuat selama Indonesia dan juga dunia dilanda berbagai krisis.

BACA JUGA: Terapkan Program CSA untuk Hadapi El Nino, Petani Banyuasin Lakukan Pengukuran GRK

Menghadapi fenomena El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong para petani untuk membuat Indonesia menjadi negara paling kuat terhadap ancaman kekeringan El Nino maupun krisis global dunia.

BACA JUGA: Lewat Bimtek Program CSA Kementan, Petani Konawe Siap Hadapi El Nino

"Saya makin yakin kalau pertanian itu baik. Maka, masalah apa pun yang dihadapi bangsa ini bisa teratasi. Hal ini bisa kita buktikan di mana panen kita cukup untuk rakyat," ujar Mentan Syahrul.

Mentan Syahrul menambahkan bahwa semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrem El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang.

BACA JUGA: Pimpinan KKB Eks Prajurit TNI Tembaki Aparat Keamanan

Hal yang sama disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi.

Dia mengatakan El Nino tidak bisa dicegah, hanya bisa dihadapi dengan antisipasi dan mitigasi yang tepat karenanya itu perlu ada strategi khusus untuk menghadapinya.

"El Nino adalah salah satu fenomena sebagai dampak dari climate change, selain itu ada juga La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang luar biasa. El Nino merupakan fenomena kering di mana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya," ujar Kabadan Dedi.

Di sisi lain, pertanian itu perlu air dan salah satu faktor produksi yang sangat penting. Saat terjadi El Nino akan menjadi masalah yang sangat besar, begitu air terganggu maka produktivitas terganggu artinya produksi menurun secara drastis.

“Sebagai insan pertanian, petani dan Penyuluh wajib tahu dan paham apa yang harus dilakukan. Sekarang bahkan bukan hanya antisipasi tetapi juga adaptasi dan mitigasi. Karena hanya itulah yang bisa dilakukan agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan,” sambung Dedi.

Pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Volume 21 dengan tema “Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap El Nino” di AOR BPPSDMP, Selasa (30/5), menghadirkan narasumber Kepala Balai pengujian Standar Instrumen Tanah dan Pupuk Ladiyani Retno Widowati.

Pada paparannya, Ladiyani mengatakan bahwa Biosaka merupakan cairan yang dibuat dari pucuk-pucuk daun atau rumput yang mengandung unsur hara, mengandung ZPT dengan kadar yang cukup tinggi.

Cairan biosaka dikategorikan sebagai alicitor yang berhubungan dengan imunitas tanaman terhadap OPT studi pustaka.

Hasil uji laboratorium pada ramuan Biosaka menunjukkan bahwa kandungan hara makro-mikro adalah sangat rendah, sehingga tidak dapat disebut sebagai pupuk/pestisida.

"Biosaka mengandung ZPT atau zat pengatur tumbuh dengan kadar cukup tinggi," kata dia.

Menurut Ladiyani, dengan memperhatikan spesifikasi Biosaka dan respons tanaman akibat aplikasinya, maka cairan Biosaka dikategorikan sebagai elisitor yang berhubungan dengan imunitas tanaman terhadap Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kemampuan untuk tumbuh dalam ekosistem tertentu.

Ladiyani juga menjelaskan agar tidak terjadi pengurasan hara, maka penggunaan biosaka bersifat sebagai pelengkap, dengan komponen utama pupuk anorganik, organik dan hayati yang ditambahkan sesuai dengan kondisi dan target produksi tanaman untuk menghindari pengurasan hara.

Narasumber lainnya, perwakilan Ditjen Hotrikultura Sur Eva Hayati selaku Koordinator Aneka Sayuran dan Buah mengatakan upaya stabilisasi pasokan harga cabai dan bawang merah dilakukan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.

“Jangka pendek dengan distribusi pasokan dari champion daerah surpus ke daerah defisit, jangka menengah melalui pengembangan kawasan dan jangka panjang ketersediaan aneka cabai dan bawang merah,” jelas Nur Eva.

Langkah konkret yang tengah dilakukan untuk penanganan El Nino, di antaranya dengan antisipasi serangan OPT baru dan penanganan OPT komoditas utama dengan penyesuaian musuh alami, pengembangan pengendali OPT dan uji coba pestisida nabati.

"Sedangkan untuk penanaman cabai dilakukan seluas 2.400 ha di lokasi champion dengan optimalisasi luasan cabai dan bawang merah, masing-masing 1.300 Ha," katanya. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengendara Moge Penabrak Santri Menyerahkan Diri, Pengakuannya Bikin Jengkel


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler