jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mengajak seluruh masyarakat dan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan bijak dalam penggunaan antibiotik.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita mengatakan, hal ini penting dilakukan karena jika tidak, maka pada 2050 diperkirakan resistensi antimikroba (AMR) akan menjadi pembunuh nomor satu di dunia.
BACA JUGA: Tingkatkan Akses Pasar, Indonesia - PNG Gelar Pertemuan TWG
Dalam menghadapi ancaman AMR tersebut, Ketut menjelaskan bahwa Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional (RAN) untuk mencegah dan memperlambat laju AMR.
“Tujuan strategis RAN ini untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman resistensi, melalui komunikasi, pendidikan, dan pelatihan yang efektif,” kata Ketut dalam keterangannya, Senin (29/4).
BACA JUGA: Ditjen PSP Terapkan FMSRB dengan Mekanisme On Granting ke Daerah
Kemudian, RAN tersebut juga memperkuat pengetahuan berbasis bukti melalui surveilans dan penelitian. Lalu mengurangi kejadian infeksi melalui praktek sanitasi, higiene dan pencegahan infeksi..
"Untuk memperlambat laju AMR, Kementan sendiri telah mengeluarkan Permentan Nomor 14 Tahun 2017 yang salah satunya mengatur pelarangan penggunaan antibiotic growth promotant (AGP). Kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan No.12026/PK.320/F/05/2018 tentang Pengawasan Obat Hewan,” urai Ketut.
BACA JUGA: Pengamat Beber Arti Penting AUTP Buatan Kementan
Menurut dia, pengawasan pelarangan penggunaan AGP ini dilakukan oleh kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang mengaktifkan pengawasan obat hewan, melibatkan Pengawasan Obat Hewan (POH) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Ketut kemudian menerangkan strategi budidaya unggas pascapelarangan AGP yakni dengan penggunaan feed additive lain yang dapat meningkatkan feed conversion rate (FCR) dan kesehatan unggas seperti probiotik, prebiotik, acidifier, dan enzim.
“Penggunaan feed supplement yang berkualitas, penerapan biosecurity tiga zona, peningkatan kualitas pakan serta pemilihan DOC yang sehat, dan berkualitas,” tandas Ketut. (cuy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan dan BPS Sepakat Satu Data untuk Komoditas Peternakan
Redaktur : Tim Redaksi