jpnn.com, JAKARTA - Direktorat Jenderal Hortikultura menyatakan terus mengawal kesejahteraan petani salah satunya dengan bimbingan teknis (bimtek).
Hal itu sesuai dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang meminta jajarannya untuk terus melakukan bimbingan dan pendampingan kepada para petani dan penyuluh pertanian di Indonesia, walaupun sedang berada di kondisi pandemi Covid-19.
BACA JUGA: Kementan Siapkan 900 Kampung Hortikultura, Ini Tujuannya
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa bimtek Hortikultura bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas pada kampung hortikultura.
Pada bimtek kali ini difokuskan pada kampung sayuran daun. Ditjen Hortikultura menggelar bimtek bertajuk Penggunaan Pembenah Tanah Organik Cair (PTOC) dalam Meningkatkan Produktivitas Sayuran Daun, secara daring melalui Zoom Meeting.
BACA JUGA: Pengakuan Pengusaha soal Potensi Ekspor Bawang Merah TSS, Mengejutkan
"Hingga akhir 2021, ditargetkan ada 230 hektare kampung sayuran daun yang siap dikembangkan di 12 provinsi di Indonesia," beber Prihasto dalam keterangan resmi yang dikutip, Senin (2/8).
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha menyampaikan bahwa kampung sayuran diharapkan mampu meningkatkan kesehatan tanaman, produktivitas, dan pendapatan petani.
BACA JUGA: Kementan Perkenalkan Kampung Buah Naga Organik Ramah Lingkungan
Untuk mendukung peningkatan dan kualitas produksi komoditas di kampung sayuran daun, diperlukan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah sebagai media tanam, salah satunya dengan penggunaan PTOC.
Perbaikan ini diharapkan akan mampu memperbaiki kesehatan lahan, meningkatkan ketersediaan bahan organik untuk tanaman, hasil panen petani lebih berkualitas dan efisiensi dalam biaya produksi.
PTOC Tingkatkan Produktivitas Tanaman Sayuran Daun
Kondisi pertanian saat ini, banyak lahan yang sudah beralih fungsi, penurunan ketersediaan lahan produktif, dan penurunan kualitas lahan yang produktif.
Peneliti PKHT LPPM IPB, Endang Gunawan mengatakan hal ini dimungkinkan karena dampak negatif dari revolusi hijau sejak 1980-an, yang mana meningkatkan penggunaan pupuk anorganik oleh petani dalam kurun waktu 30 tahun.
“Kerusakan dari penggunaan agrochemical ini sering tidak memiliki rekomendasi, tidak berimbang, dan tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik,” jelas Endang.
Lebih lanjut, Endang menjelaskan pembenah tanah adalah bahan-bahan organik sintesis atau alami yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, atau biologi tanah. Pembenah tanah ini ada yang berbentuk padat dan ada pula yang cair. Dengan adanya pembenah tanah, tanaman lebih mudah dalam menyerap hara dan air dari dalam tanah.
Ada 3 (tiga) jenis pembenah tanah yang dikenal saat ini, yaitu soil conditioner, soil ameliorant, dan soil decomposers. Soil conditioner digunakan untuk perbaikan sifat fisik tanah, soil ameliorant untuk perbaikan sifat dan reaksi kimia tanah, sementara soil decomposers untuk perbaikan sifat biologi tanah.
Endang menambahkan bahwa pupuk organik berbeda dengan pembenah tanah. Perbedaannya terletak pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Umumnya, pupuk organik memiliki unsur hara yang lebih rendah dari unsur hara pada pembenah tanah.
“Bedanya ada pada komposisi unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik unsur haranya lebih rendah,” terang Endang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di berbagai lokasi untuk komoditas jagung, bawang merah, bayam, pepaya, dan pisang, dengan pemberian pembenah tanah, produksi dan produktivitas tanaman yang dihasilkan jauh lebih tinggi.
Penelitian ini memperhatikan terlebih dahulu kondisi fisik tanah. Jika tanah miskin, maka diperkaya lebih dulu dan jika sakit, maka disehatkan terlebih dulu baru ditambahkan pembenah tanah. Pemberian pembenah tanah diharapkan bukan hanya saat pengolahan lahan, namun dapat dilakukan selama proses budi daya.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid sepakat dengan pernyataan Endang bahwa permasalahan lahan pertanian saat ini adalah tingkat kesuburan tanah rendah akibat penggunaan bahan kimia dalam jangka waktu yang lama. Untuk mengembalikan kesehatan tanah, perlu dilakukan pengapuran, pemberian pupuk kandang, pemberian mikroorganisme yang bermanfaat, dan pemberian pembenah tanah.
Abdul melanjutkan untuk mendapatkan kondisi lahan yang ideal dalam budi daya sayur, maka lahan harus diolah secara optimal, termasuk dengan pemberian humic acid sebagai pembenah tanah.
Humic acid memiliki beberapa keunggulan, antara lain mampu mengikat air, mempunyai kapasitas tukar kation, memasok energi yang dibutuhkan, mengatur hormon pertumbuhan, dan mampu mengikat polutan dalam tanah.
“Penggunaan PTOC dalam berbudidaya dapat menghemat pengeluaran petani dan memberikan hasil produk lebih baik. Dapat dilihat di beberapa lokasi yang telah menggunakan humic acid sebagai pembenah tanah,” ujar Abdul. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia