jpnn.com, JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah menginstruksikan jajaran Kementerian Pertanian mengawal swasembada cabai yang sudah dicapai, salah satunya dengan membantu petani menghadapi serangan penyakit. Jenis penyakit yang banyak dihadapi petani cabai di Indonesia adalah virus kuning (pepper yellow leaf curl) atau virus Gemini.
Virus tersebut terdeteksi ditemukan di sentra-sentra produksi utama cabai seperti Cianjur, Kediri, Blitar, Banyuwangi, dan beberapa sentra lain di Indonesia.
BACA JUGA: Kawasan Ini jadi Penyangga Produksi Cabai dan Bawang Merah
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Prihasto Setyanto melihat sendiri serangan berat virus ini pada bulan Maret 2018 di Kabupaten Kediri saat melakukan inspeksi lapangan dalam rangka pengawalan produksi aneka cabai menghadapi Idulfitri 2018.
“Virus kuning menyerang kabupaten Kediri secara masif, lebih dari 80% dari 4000 ha tanaman cabai terserang virus ini yang berpengaruh terhadap provitas cabai rawit di wilayah ini,” ungkapnya di Jakarta, Senin (9/7/2019).
BACA JUGA: Besok, Relawan Jokowi Gelar Kegiatan Serentak di Area CFD
“Serangan virus ini diduga karena petani menggunakan benih varietas lokal yang sudah terserang virus kuning sebelumnya" tambahnya.
Menurut pengakuan Uden Suhendar, salah seorang anggota kelompoktani cabai Gede Harapan Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, serangan virus kuning cukup menggelisahkan. Gejalanya diawali dengan daun yang berubah warna lebih pucat, tulang daun memutih, lalu gejala berkembang menjadi warna kuning, bagian tulang daun menebal, dan daun mengeriting ke arah atas.
BACA JUGA: BKP Kementan Ajak Para Bupati Tingkatkan Produksi Pangan
“Kalau sudah terserang virus ini, kami menjadi was-was karena terbukti cepat menyebar dan berdampak menurunnya produktivitas panen cabai,” ujarnya.
Profesor Sukchan Lee, Pakar virus dari Universitas Sungkyun Kwan dan Dr. Kyuongyeol Pakar Entomologi khusus kutu kebul, dari Universitas Kyungbook, Korea Selatan saat mengunjungi sentra cabai di Kabupaten Cianjur pada Sabtu 7 Juli 2018, menjelaskan bahwa infeksi virus gemini menyebabkan daun cabai mengecil dan berwarna kuning terang.
Virus Gemini ditularkan oleh serangga vector jenis kutu putih atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Jika tanaman terserang pada umur muda, biasanya tanaman menjadi kerdil dan tidak berbuah.
“Virus ini memang tergolong bandel dan sulit dimatikan, sehingga tindakan paling tepat adalah melakukan upaya pencegahan,” ungkap Prof Sukchan Lee yang dalam kunjungan tersebut didampingi Kasubdit Aneka Cabai Ditjen Hortikultura, Mardhiyah Hayati dan Kepala Dinas Pertanian , Perkebunan, TPH setempat.
Pakar entomologi dari Badan Litbang Pertanian Dr. Rini Murtiningsih juga turut hadir pada acara pertemuan yg diikuti oleh puluhan petani cabe dan penyuluh dari 12 kecamatan sentra cabe di Cianjur.
Menurut Prof Sukchan, virus kuning di Indonesia cukup sulit dikendalikan. Namun demikian, pencegahan dan pengendalian penyakit kuning bisa dilakukan dengan) penggunaan benih yang sehat dan tidak berasal dari pohon induk yang pernah terserang penyakit ini.
Selain itu, sanitasi lahan perlu dilakukan dengan membersihkan gulma sekitar tanaman, penggunaan tanaman pembatas seperti jagung membantu mencegah masuknya serangga vektor ke areal lahan cabai. Juga penggunaan perangkap kuning disekitar tanaman dapat mengurangi serangan vektor pembawa virus kuning yaitu kutu kebul; mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang virus kuning agar tidak menular ke tanaman lain yang masih sehat, masih menjadi pilihan yang direkomendasikan," imbuhnya.
Dirinya juga tidak menampik peluang penggunaan pestisida sesuai anjuran untuk mengendalikan vektor penular virus. Namun, tetap disarankan untuk tidak terus menerus dengan jenis bahan aktif yg sama supaya vektor tidak kebal.
Prof Sukchan dan Dr. Kyuongyeoll berencana melakukan penelitian lanjut terhadap fenomena virus kuning cabai di Indonesia.
“Targetnya, kami ingin menemukan formulasi terbaik menangani serangan virus kuning ini. Kami telah meminta ijin pihak otoritas Indonesia untuk mengambil sampel dan menelitinya lebih lanjut di instalasi laboratorium yang kami miliki,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Rini yang bekerja pada Balai Penelitan Sayuran Lembang menyambut positif rencana kerjasama tersebut.(jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Panen Melimpah, Banten Berpeluang Penuhi Cadangan Pangan
Redaktur : Tim Redaksi