jpnn.com, TANGSEL - Penguatan produk lokal untuk mempercepat diversifikasi pangan dan pemanfaatan lahan kering sangat penting dilakukan untuk mendukung perwujudan kedaulatan pangan nasional.
Demikian dipaparkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, di hadapan bupati seluruh Indonesia dalam acara Rapat Kerja Nasional ke-11 Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (APKASI) di ICE BSD City Tangerang selatan, Jumat (6/7).
BACA JUGA: Panen Melimpah, Banten Berpeluang Penuhi Cadangan Pangan
"Kita memiliki 2 tantangan yang harus diselesaikan bersama, pertama, masalah penganekaragaman, kedua, peningkatan produksi pangan yang berkelanjutan," jelas Agung.
Menurut Agung, konsumsi pangan penduduk Indonesia berlebih pada kelompok padi-padian, minyak dan lemak, serta gula. Sedangkan konsumsi pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah kita masih kurang.
BACA JUGA: Kebijakan Kementan Wujudkan Indonesia jadi Lumbung Pangan
"Hal ini tercermin dari Skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang baru mencapai 90,4. Untuk mencapai target ideal (100) perlu upaya serius dan dukungan dari bupati seluruh Indonesia," tambah Agung.
Lebih lanjut dikatakan Agung, Kementan memiliki program diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal melalui kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
BACA JUGA: Investor Diharapkan Bisa Lebih Aktif di Sektor Peternakan
"Program ini harus dikembangkan oleh bapak/ibu Bupati agar kualitas konsumsi kita naik. Apakah bisa? Saya yakin bisa, kita masih punya potensi 10,3 juta lahan pekarangan dan masih ada 8-10 juta hektar lahan marginal yg bisa dimanfaatkan," jelas Agung.
Agung juga menyoroti sumberdaya lahan Indonesia yang begitu besar.
"Daratan kita lebih dari 190 juta hektar, 23 persen nya lahan basah dan 77 persen sisanya (145 juta) hektar adalah lahan kering," singgung Agung
Mantan Kepala Biro Humas Kementan tersebut menambahkan, dari 145 juta lahan kering yang ada, 80 juta hektar berpotensi dikembangkan, yaitu 29 juta ha di kalimantan, 26 juta ha di sumatera, 21 juta ha tersebar di jawa, papua, dan sulawesi, serta 4 juta sisanya di Bali&NTT dan Maluku.
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering, sejak 2014 Kementan telah melakukan berbagai terobosan kebijakan dan inovasi pengembangan lahan kering.
"Kita telah meningkatkan Alsintan 2000 persen, pembuatan long storage kurang dari 4.500 unit, Dam, Sumur dangkal, dan sumur bor. Kita juga kembangkan aplikasi biochar, aplikasi fosfat alam, biodekomposer dan pupuk hayati, varietas Impago untuk pagi gogo, dan yang saat ini sedang digalakkan adalah Larikan Padi Gogo (Larigo) Super di wilayah Aceh,Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Kalimantan," kata Agung.
Dalam Rakernas tersebut, Agung yang didampingi Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Benny Rachman juga mengajak seluruh peserta Rakernas yang terdiri dari Bupati seluruh Indonesia, perwakilan OPD, akademisi, dan pebisnis untuk bersama-sama, saling bergandengan tangan baik antara pemerintah pusat dan daerah maupun stakeholder lainnya.
"Mari kita tingkatkan produksi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman berbasis sumberdaya lokal dengan memanfaatkan potensi lahan kering yang tersedia, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera," tambah Agung. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Balitbangtan Kerja Sama Pemanfaatan Inovasi Iptek Pertanian
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh