jpnn.com, MAKASSAR - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Dinas Ketahanan Pangan (Dinas Ketapang) Sulawesi Selatan bersinergi dalam mengembangkan diversifikasi pangan lokal sagu guna menghadapi krisis pangan dunia.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menyampaikan dampak perubahan iklim ekstrem dan ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina menyebabkan persoalan dalam pasokan pangan.
BACA JUGA: Kembangkan Kampung Flori, Kementan Pacu Ekspor Bunga Krisan
Karena itu, kata Dirjen Andi, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) bertekad agar Indonesia mampu mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui pangan lokal.
Salah satunya sagu yang dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras dan tepung terigu sehingga tidak bergantung pada komoditi yang selama ini impor.
BACA JUGA: Genjot Produksi, Kementan Bangun Nursery Modern untuk Komoditas Kelapa
"Potensi sagu nasional dan khususnya di Sulsel perlu diintervensi dengan beberapa strategi khusus sehingga pengembangannya dari hulu ke hilir benar-benar terbangun untuk mendukung kemandirian pangan," ujarnya pada talk show 'Diversifikasi Pangan Lokal Sagu' yang diselenggarakan dalam memperingati Hari Jadi ke-353 Sulsel secara hiybrid di Makassar, Jumat (21/10).
Potensi pengembangan sagu sangat besar karena hingga saat ini tercatat areal sagu nasional 5,5 juta hektare dan areal yang termanfaatkan atau areal budidaya baru sekitar 3,5 persen atau 200,85 ribu hektare.
BACA JUGA: Perkuat SDM, Kementan Tingkatkan Produktivitas Kerja
Sementara itu, ekspor sagu nasional 2021 mencapai 13.190 ton yang nilainya USD 2,47 juta.
"Di Sulsel, kami akan bangun industri pengolahan sagu dengan melibatkan perguruan tinggi dan pelaku usaha," kata Dirjen Andi Nur Alam Syah.
Dia menyebutkan terdapat 11 provinsi di Indonesia yang merupakan sentra produksi sagu nasional, di antaranya Riau, Papua, Maluku dan Sulsel.
Ada empat provinsi dengan kontribusi produksi sagu terbesar yang mencapai 341 ribu ton per tahun, yakni Riau, Papua, Maluku dan Sulsel.
Dirjen Andi menyampaikan sesuai arahan Mentan SYL, Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki kebijakan untuk pengembangan sagu nasional (Sagunesia, sagu untuk Indonesia).
"Pertama, pengembangan sagu untuk kemandirian pangan lokal menghasilkan tepung sagu, dengan bantuan unit pengolahan hasil dan alat pengolahan sagu skala kelompok tani," sebutnya.
Kedua, lanjut dia, berupa pengembangan tepung sagu untuk substitusi impor dengan rencana kegiatan selama 2022-2024.
"Ketiga, pengembangan gula cair untuk kemandirian lokal atau skala rumah tangga," sebut Andi Nur Alam.
Kemudian yang keempat, imbuhnya, berupa pengembangan sagu untuk menghasilkan bio-etanol.
Lebih lanjut Andi Nur Alam menyebutkan dalam mendukung hilirisasi sagu 2022, Kementan mengalokasikan alat pengolahan sagu.
Meliputi alat pemarut sagu, alat pemeras sagu dan alat penepung sagu dengan total 18 unit sarana fasilitasi pengolahan sagu di 12 kabupaten/kota dan 19 unit prasarana fasilitasi pengolahan sagu di 13 kabupaten/kota.
Dia mengharapkan melalui fasilitasi kegiatan dan bantuan alat dari Kementan, diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan wirausaha para petani untuk menghasilkan produk sagu dengan nilai tambah tinggi.
"Sagu merupakan pangan sehat dan sebagai pangan alternatif pengganti nasi atau roti," tegasnya.
Plt Kepala Dinas Ketapang Sulsel Kemal Redindo Syahrul Putra menambahkan daerahnya memiliki potensi pertanian khususnya pangan lokal yang besar untuk mendukung ketahanan pangan nasional, khususnya menghadapi krisis pangan global.
Selain sagu, pangan lokal yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan juga adalah jagung, pisang dan ubi kayu.
"Khusus sagu, Sulsel adalah salah satu provinsi sentra sagu nasional dengan luas areal 3.700 hektare dan produksi mencapai 3.182 ton per tahun," sebut Kemal.
Dia menyebutkan Kabupaten Luwu dan Luwu Utara merupakan sentra produksi sagu di Sulsel.
"Strategi pengembangan diversifikasi sagu ini kami dorong fasilitasi kelompok atau UMKM untuk menghasilkan tepung, usaha pengolahan berbasi sagu dan membangun industri pangan berbasis sagu," kata pria yang akrab disapa Dindo.
Karena itu, dia mengharapkan dukungan dari Kementan, pelaku usaha, dan perguruan tinggi untuk mewujudkan hal itu.
"Diversifikasi pangan lokal ini nantinya untuk menciptakan konsumsi beragam, bergizi seimbang, dan aman," pungkasnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi