jpnn.com, BOGOR - Kementerian Pertanian bersinergi dengan Yayasan Kitong Bisa untuk menciptakan 100 ribu petani milenial.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mengatakan kehadiran petani milenial sangat dibutuhkan.
BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Siap Cetak Petani Milenial yang Maju, Mandiri dan Modern
Apalagi, produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian meningkat 16,24 persen secara kuartalan dan 2,19 persen secara tahunan pada Kuartal II-2020 atau di tengah pandemi Covid-19.
Peningkatan pertumbuhan membuat kontribusi sektor pertanian ke perekonomian nasional mencapai 14 persen.
BACA JUGA: BPPSDMP Kementan Targetkan Cetak Petani Milenial Hingga 2,5 Juta
Selain itu, sektor ini terbukti mampu menyediakan lapangan kerja bagi hampir separuh dari total penduduk Indonesia yang mencapai 268 juta jiwa.
"Pemerintah Indonesia terus mendorong peran penting sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja di perdesaan, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional," ujar Mentan SYL.
BACA JUGA: Billy Mambrasar: Pak Jokowi Sangat Mencintai Papua
Namun, pertumbuhan sektor pertanian belum sepenuhnya didukung oleh sumber daya manusia yang andal terutama generasi milenial.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi mencatat petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang.
Jumlah itu sekitar delapan persen dari total jumlah petani di Indonesia sebanyak 33,4 juta orang.
Sebanyak 90 persen lainnya masuk ke dalam kategori petani yang sudah tua.
Bahkan, berdasar analisis Institut Pertanian Bogor (IPB), Indonesia dapat mengalami krisis petani.
Pasalnya, petani yang tersisa usianya sudah mendekati usia 56 tahun sehingga hasil pertanian menjadi kurang produktif.
"Petani milenial jumlahnya masih sekitar 2,7 juta orang, hanya sekitar 8 persen dari total petani kita 33,4 juta orang," kata Dedi saat "Workhsop Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian" dengan Yayasan Kitong Bisa di Bogor, Jawa Barat, Kamis (28/1).
Dedi menilai situasi tersebut akhirnya menjadi salah satu alasan yang mendorong Kementan untuk percepatan regenerasi petani.
Berbagai upaya dan program pun dilakukan oleh Kementan.
Mulai dari Pendidikan Vokasi Pertanian, Program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP), Program YESS, Pengukuhan Duta Petani Milenial (DPM) dan Duta Petani Andalan (DPA) sebagai ikon petani dan pengusaha pertanian milenial.
Selain itu, Kementan juga melakukan serta kerja sama dengan berbagai pihak salah satunya bersama Yayasan Kitong Bisa.
Dedi menjelaskan tidak hanya melakukan penumbuhan petani milenial secara masif melalui berbagai program, Kementan juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyusun perencanaan yang memadai, termasuk bussiness motivation pathway.
Termasuk melakukan pemetaan perusahaan yang akan menjadi offtaker, serta melakukan pilot project dengan perusahaan untuk peningkatan nilai tambah dan efisiensi rantai pasok.
“Bahkan di awal tahun 2021 ini Kementan akan mengikutsertakan 1000 milenial untuk magang pada perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pertanian dan turunannya baik di dalam negeri maupun beberapa negara maju yang telah berhasil mengembangkan sektor pertanian seperti Jepang dan Korea,” kata Dedi.
Menurutnya, Kementan harus membuktikan kepada generasi muda bahwa pertanian merupakan sektor yang menjanjikan.
"Bahkan hampir satu tahun Indonesia dihantam Covid 19, sektor pertanian tetap mampu bertahan menunjukkan eksistensinya," tambah Dedi.
Pada kesempatan yang sama, Staf Khusus Presiden yang juga Ketua Yayasan Kitong Bisa Billy Mambasar mengapresiasi keberhasilan pembangunan sektor pertanian.
Ia menyadari bahwa sektor pertanian memiliki potensi yang tidak ada matinya.
Billy menjelaskan, melalui program Milenial Agriculture Project (MAP), Yayasan Kitong Bisa berupaya membantu pemerintah mewujudkan 100.000 petani muda yang berkualitas dan mampu mengembangkan pertanian baik di on-farm maupun off-farm.
Hal itu untuk mendukung ketahanan pangan di Indonesia, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di lokasi di sekitar proyek ini berlangsung.
Secara terperinci Billy menjelaskan empat klaster MAP. Pertama, from zero to farmer di mana MAP akan berupaya melakukan perubahan pola pikir untuk tertarik bertani, pengumpulan 100.000 milenial yang ingin bergelut di bidang pertanian.
"Klaster berikutnya adalah from farmer to agropreneur, from farmer to technofarmer serta from agropreneur to exporter. Yakni, meningkatkan kemampuan bertani serta meningkatkan fasilitas lahan dan saprodinya hingga menjaga kualitas hingga meningkatkan jaringan pasar hingga ekspor," ujarnya.
Sebagai Staf Khusus Presiden, Billy terus melaporkan perkembangan penumbuhan petani milenial.
“Bapak Presiden sangat mendukung penumbuhan petani dan wirausaha pertanian milenial untuk mendukung ketahanan pangan. Karena menurut beliau tak ada negara hebat tanpa dukungan sektor pertanian serta ketahanan pangan yang baik," kata Billy.
"Kita harus yakin dengan kerja keras dan sinergi berbagai pihak, semua mampu mendongkrak kemajuan sektor pertanian dengan lahirnya 100.000 petani serta pengusaha pertanian milenial," ujar Billy menambahkan. (*/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
Redaktur & Reporter : Boy