jpnn.com, MALANG - Produksi susu dalam negeri saat ini masih jauh dari mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan nasional. Oleh karena itu, jumlah produksi susu nasional harus terus dikembangkan.
Peningkatan skala usaha kepemilikan ternak bagi peternak merupakan salah satu solusi untuk mendongkrak peningkatan populasi sapi di dalam negeri. Untuk itu, kemitraan antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta dengan peternak melalui program Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) diharapkan menjadi solusi.
BACA JUGA: Kementan Terus Dorong Kesejahteraan Petani Lewat KNTA
"Untuk meningkatkan skala usaha peternak sapi perah, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PKH terus mendorong semua pihak, baik swasta maupun BUMN bermitra dengan peternak," ujar Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Fini Mufiani saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman antara PT. Jasindo selaku BUMN dengan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung di Malang, Sabtu (22/09).
Fini menjelaskan, produksi susu segar nasional tahun 2017 masih rendah, yaitu 922,9 ribu ton. Sedangkan hingga saat ini 79,2 persen kebutuhan susu masih diimpor dari luar negeri.
BACA JUGA: Kementan Komitmen Sejahterakan Petani di Rembug Utama KTNA
Menurutnya, hal tersebut disebabkan perkembangan populasi dan produktivitas sapi perah masih belum sesuai harapan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, rumah tangga peternakan sapi perah nasional saat ini sebanyak 142 ribu, yang sebagian besar merupakan peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah di bawah 4 ekor.
Selama ini, pengembangan sapi perah dengan berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah. Di antaranya melalui bantuan ternak, program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (Upsus Siwab), subsidi bunga kredit usaha pembibitan sapi (KUPS), kredit usaha rakyat (KUR), bantuan premi asuransi, dan fasilitasi pengembangan investasi dan kemitraan.
BACA JUGA: Komisi IV DPR Sebut Impor Beras Tidak Perlu
Namun, dengan keterbatasan APBN, penambahan sapi belum bisa sepenuhnya difasilitasi oleh pemerintah. Untuk itu, diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang murah melalui non APBN.
Fini mengapresiasi langkah PT Jasindo yang selain menjadi off taker dan avalis, juga melakukan pendampingan dan pemberdayaan. Menurutnya, program kemitraan BUMN itu merupakan salah satu sumber pembiayaan yang murah, dengan bunga 3 persen dan lama pengembalian 3 tahun.
Skema dengan bunga yang sama telah lama diusulkan oleh Ditjen PKH. Namun, yang disetujui baru KUR dengan bunga 7 persen.
"Pemerintah memberikan apresiasi kepada PT. Jasindo yang telah percaya kepada usaha peternakan dan meluncurkan Program Kemitraan BUMN kepada 50 orang peternak anggota KAN Jabung dengan total pembiayaan Rp 1 Miliar. Pembiayaan ini akan digunakan untuk pembelian 50 ekor sapi perah oleh KAN Jabung," kata Fini.
Fini mengharapkan hal itu menjadi langkah awal dan mamacu lebih banyak BUMN maupun swasta untuk mau bermitra dengan peternak kecil. Dengan demikian, katanya, percepatan peningkatan produksi susu sapi di dalam negeri lebih cepat terealisasikan.
"Mari BUMN-BUMN yang ikut bersama-sama bersinergi membangun usaha peternakan lewat PKBL. Begitu juga swasta dengan memanfaatkan program corporate social responsibility," kata Fini.
Dia juga berharap agar lebih banyak lagi koperasi-koperasi bahkan swasta baik IPS maupun farm ikut berperan sebagai pendamping, avalis dan off taker bagi peternak kecil. “Sehingga kita bersama-sama berkembang dan mewujudkan percepatan peningkatan produksi susu nasional," lanjut Fini Murfiani.
Selain PT. Jasindo di Jawa Timur, program kemitraan dengan peternak sapi perah juga sudah dilaksanakan oleh Sucofindo dan PT Pelindo III dengan Koperasi Setia Kawan di Kabupaten Pasuruan. Nilainya mencapai Rp 15,2 miliar untuk 24 kelompok yang beranggotakan 554 orang dengan jumlah sapi 1.080 ekor.
Sucofindo juga telah memfasilitasi program Bina Lingkungan dengan mendukung pengembangan kampung susu sebagai agrowisata dan edukasi di Koperasi Setia Kawan Pasuruan. Fini meyakini apabila PKBL dimanfaatkan dengan baik, maka akan lebih banyak lagi peternak yang terbantu.
Bina Lingkungan untuk sapi perah bisa berupa sarana pengolahan biogas, pupuk, alat angkut susu berpendingin, alat pengolahan pakan dan lain-lain. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain pemberdayaan dan pengembangan kemitraan usaha yang mewujudkan percepatan peningkatan produksi dan produktifitas, serta mensejahterakan.
Lalu, peningkatan kepercayaan pada kemampu-labaan sektor usaha peternakan, optimalisasi asuransi ternak sapi khususnya untuk sapi perah dan peningkatan pemanfaatan asuransi ternak mandiri, dan terakhir replikasi pola kemitraan dengan memanfaatkan PKBL kepada pelaku usaha peternakan lain.(eno/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Minta KTNA Bantu Tingkatkan Kesejahteraan Petani
Redaktur : Tim Redaksi