Kementan Dorong Ekspor Melalui Perbaikan Pascapanen Kopi

Kamis, 08 Agustus 2019 – 11:31 WIB
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman saat meninjau perkebunan kopi. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kopi nusantara merupakan salah satu dari sepuluh komoditas unggulan ekspor Indonesia. Neraca nilai ekspor impor kopi Indonesia selama 2017 memperlihatkan positif sebesar 20,27 persen, sedangkan neraca volume menunjukkan 3,55 persen.

Untuk itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pihaknya akan berupaya meningkatkan ekspor tersebut semaksimal mungkin.

BACA JUGA: Kementan Siap Tumbuhkan Eksportir Milenial

“Upaya menggenjot ekspor penting dilakukan untuk menciptakan devisa negara. Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi perkebunan termasuk kopi adalah kualitas atau mutu produk yang dihasilkan,” kata Amran kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/8).

Amran menerangkan, upaya penanganan pascapanen harus dilakukan dengan baik. Riil yang terjadi bahwa petani kopi di Indonesia masih mengalami kendala dalam melaksanakan pascapanen yang baik.

BACA JUGA: Kementan dan OASE Ajak Anak Mengenal Pertanian Sejak Dini

“Menyadari akan hal ini, kami melalui Direktorat Jenderal Perkebunan terus menerus melakukan fasilitasi sarana pascapanen untuk memperbaiki mutu hasil kopi petani,” sebut Amran.

Amran menambahkan, perbaikan pascapanen juga salah satu upaya untuk meningkatan nilai tambah produk yang dihasilkan petani. Penanganan pascapanen yang baik akan meningkatkan nilai tambah dan juga mendorong perbaikan mutu produk.

BACA JUGA: Cara Kementan Majukan Pertanian Bangka Selatan

Menteri kelahiran Bone ini menambahkan, Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi sentra kopi di Indonesia dengan luas areal perkebunan kopi di Jawa Tengah tahun 2017 seluas 39.861 hektare. Dalam upaya mendukung pengembangan kopi di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian telah mengalokasikan anggaran melalui APBN untuk kegiatan pengembangan pascapanen kopi sejak 2011.

Fasilitasi pascapanen yang berupa sarana pascapanen kopi baik untuk pengolahan basah maupun kering dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mendorong petani melakukan praktik pascapanen kopi yang baik dan benar.

Dari fasilitasi sarana pascapanen yang dilakukan oleh Ditjen Perkebunan kepada kelompok tani kopi, telah memberikan kemajuan. Hal ini dapat dilihat di beberapa kelompok yang telah melakukan kemitraan dengan pihak lain baik lokal maupun supplier exportir serta telah memperbaiki pascapanennya.

Adapun kelompok tani yang telah menjalin kemitraan yakni Kelompok Tani Tegal Makmur 2 yang ada di Kecamatan Jumprit, Kabupaten Temanggung telah menjalin kemitraan dengan Café Sumber Sari Progo DIY, PT. Toya Gesang Lestari dan Wali Limbung Café.

Kelompok Tani Sumber Berkah yang ada di Kecamatan Grabag, Kabuupaten Magelang yang telah menjalin kemitraan dengan Cipta Kopi Magelang. Lalu Kub Mandiri Sejahtera yang ada di Desa Ngrancah, Kabupaten Megelang yang telah bermitra dengan Kafe Warung Gunung Magelang, Harinco Craft Magelang, Griyo Dahar Soponyono Magelang, Cello Celli Coffee Yogjakarta dan Karya Petani Nusantara Yogjakarta.

Selain kelompok tani tersebut, di Kabupaten Pemalang juga terdapat kelompok tani yang telah memiliki mitra dan kelembagaan yang baik, yakni kelompok tani Karya Harapan di Kabupaten Pemalang yang telah memproduksi kopi Gurilang.

“Namanya kopi Gurilang, singkatan dari Gunung Sari Pemalang. Gurilang memang salah satu produk kopi unggulan Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Asal nama gurilang adalah gabungan dari nama desa tempat produksi kopi, Desa Gunungsari dan Kabupaten Pemalang,” tambah Amran. (cuy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan: Ekspor Memperkuat Merah Putih, Impor Melemahkan Petani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler