jpnn.com, BANDUNG - Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi terus mendorong ekspor komoditas hortikultura dan membangun kawasan agrowisata.
Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan petani serta berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
BACA JUGA: Subsektor Hortikultura Sangat Diminati Kaum Milenial
"Hari ini kami tinjau kebun luasnya 28 hektare akan ditanami pisang, jeruk dan alpokat, serta ubi. Hasilnya selain untuk ekspor, juga kawasan ini akan dijadikan agrowisata," kata Suwandi saat meninjau kebun hortikultura yang akan dibangun dan kawasan agrowisata milik PT Hawila Farm di Bojongkoneng, Kabupaten Bandung, Jumat (30/11).
Suwandi menjelaskan, lahan di Jawa Barat pada umumnya berpotensi untuk menghasilkan komoditas pangan, khususnya hortikultura yang mampu memenuhi standar pasar ekspor.
BACA JUGA: Kinerja Ditjen Hortikultura Terus Membaik
Sesuai arahan Presiden Jokowi dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Ditjen Hortikultura sangat serius mendongkrak volume ekspor.
"Kami sediakan karpet merah untuk eksportir. Kami sudah memangkas perizinan ekspor sesimpel dan secepat mungkin, yakni melalui sistem online single submission. Pengurusan izin ekspor kini hanya tiga jam untuk dokumen yang sudah clear and clean," kata Suwandi.
BACA JUGA: Persoalan Beras, Juga Karena Tata Niaga
"Agar volume ekspor terus naik, kami akan keluarkan izin juga untuk ekspor komoditas hortikultura dalam jumlah kecil. Jadi, ekspor tidak harus dalam volume besar," imbuh Suwandi.
Dirut PT Hawila Farm Sandi Widjadja mengaku senang dengan kebijakan Kementan yang mempermudah pengurusan izin ekspor.
Dengan kebijakan itu, dia menjadi termotivasi kembali untuk budi daya komoditas hortikultura hingga ekspor seperti jeruk, pisang dan alpokat.
"Dulu kami pernah ekspor alpokat tiga kali ke Singapura sebanyak 30 ton dengan harga USD 3, tetapi terbentur kualitas. Makanya sekarang fokus budi daya untuk tingkatkan kualitas. Selain itu, pernah ekspor pisang emas kirana, tapi terbentur kualitas juga," ujar Sandi.
Dia menambahkan, terhentinya ekspor ini terkendala pada quality control saat panen sehingga pihaknya kewalahan dalam proses pascapanen. Akibatnya, pisang yang dipanen matangnya tidak sama kualitasnya.
"Mulai sekarang kami akan coba budi daya lagi dan memperbaiki betul proses panen dan pascapanennya agar menghasilkan produk yang memenuhi standar ekspor. Kami optimistis bisa karena dukungan Kementan sangat memudahkan sekali pelaku usaha," sambung Sandi.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi buah-buahan pada 2017 mencapai 19,6 juta ton.
Jumlah itu naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 18,3 juta ton. Khusus jeruk, produksi pada 2017 mencapai 2,3 juta ton alias naik signifikan dibanding 2013 yang hanya 1,65 juta ton. Produksi pisang juga naik dari 6,28 juta ton menjadi 7,04 juta ton. (adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dipimpin Jokowi - JK, Produksi dan Ekspor Hortikultura Naik
Redaktur : Tim Redaksi