jpnn.com, BANGGAI - Program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) berdampak positif.
IPDMIP mampu mendorong terciptanya kualitas hasil panen yang optimal, lantaran para petani dibekali sejumlah kompetensi terkait aktivitas usaha tani mereka.
BACA JUGA: 2 Ibu Rumah Tangga Berbuat Terlarang, Hhmm, ke Mana Suami Mereka?
Di Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, program IPDMIP berhasil meningkatkan kualitas panen para petani.
"Naik nyaris dua kali lipat," ujar Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) setempat Akad Adi Wasono melalui keterangan tertulisnya, Senin (4/10).
BACA JUGA: SDM Petani Kalbar Meningkat, Mentan: Sekolah Lapang Punya Peran Strategis
Adi memaparkan bahwa hasil panen petani mencapai enam ton per hektarnya. Ubinan dilakukan pada 27 September lalu di lokasi laboratorium lapangan (LL). Lokasinya di Desa Ombolu Poktan (Kelompok Tani) Karya Tani, Kecamatan Batui Selatan.
"Setelah ada program (IPDMIP), ada peningkatan hasil dari sebelumnya. Cukup signifikan, dari sebelumnya 3,5 ton. Sekarang menjadi enam ton," ungkap Adi.
BACA JUGA: Suami Tak Ada di Rumah, Istri Sering Main Kuda-kudaan dengan Pria Lain
"Adapun varietas yang dipakai jenis Mekongga, dengan komposisi pupuk 200 kilogram urea dan 200 kilogram NPK," lanjutnya.
Dia yakin bahwa masifnya program IPDMIP ini memberikan keuntungan yang luar biasa bagi ekosistem sektor pertanian. Khususnya kepada para penyuluh dan petani.
"Kami yakin dengan makin masif, hasil panen petani terus meningkat. Dan ini kami harapkan berkorelasi dengan kesejahteraan petani seperti yang sering diungkapkan Bapak Menteri Pertanian," beber Adi.
Sementara Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan IPDMIP harus berperan dalam mendorong transformasi sistem pertanian tradisional menjadi modern. Transformasi ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM pertanian.
“IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” tegasnya.
Sementara Kepala Badan PPPSDMP Dedi Nursyamsi menambahkan sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak.
Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” kata Dedi Nursyamsi yang hadir didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Leli Nuryati selaku Direktur National Project Implementation Unit (NPIU) IPDMIP.
Dedi Nursyamsi juga mengingatkan IPDMIP harus melaksanakan kegiatan-kegiatan yang memberikan dampak output dan outcome signifikan di lahan-lahan pertanian beririgasi.
IPDMIP dapat berperan melalui kegiatan Training of Trainer (TOT), Training of Facilitator (TOF), Bimbingan teknis (bimtek) bagi Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) di tingkat provinsi (Kostrawil) dan kabupaten (Kostrada).
“NPIU dari IPDMIP dalam bekerja hendaknya mencontoh tim sepak bola yang mengutamakan kerja sama tim, kemampuan individu sehingga dapat menerjemahkan dan melaksanakan arahan pimpinan. Tim NPIU juga harus melakukan akselerasi semua kegiatan melalui proses yang cepat, sistematis dan taktis,” ujarnya. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti