Kementan Menginisiasi Program Opal untuk Atasi Stunting

Selasa, 30 Juli 2019 – 22:34 WIB
Ilustrasi anak sakit. Foto: trialsitenews

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah bersinergi mendorong program lintas kementerian untuk mengatasi Stunting. Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%).

Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

BACA JUGA: Tiga Peneliti Utama Balitbangtan Dikukuhkan Menjadi Profesor Riset

Untuk mencegahnya, asupan makan makanan bergizi yang berasal dari buah dan sayur lokal penting dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi.

Untuk itu, Kementerian Pertanian (Kementan) menginisiasi sebuah program untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan nasional pada skala terkecil rumah tangga dengan nama Obor Pangan Lestari, atau Opal.

BACA JUGA: Optimalisasi Lahan Bertanam Jahe di Bagor

Rektor Universitas Yarsi, Profesor Fasli Jalal menilai, program ini adalah bagian dari strategi pemerintah yang patut didukung. Terutama di wilayah rawan pangan. Apalagi, program yang melibatkan kementerian dan lembaga lain ini juga bertujuan mencegah gejala stunting.

"Terus terang ini sinergi yang luar biasa karena dari semua sisi sudah tersentuh, termasuk dari sisi makro yang biasanya tergantung pada kondisi lokal. Nah harapan kita, selain dari jaminan mikro ada juga jaminan makro," kata Fasli, Senin (29/7).

BACA JUGA: Kementan Sebut Langkah Polisi Tangkap Penjual Bibit Tanpa Label Sudah Tepat

Dia berharap, melalui Opal dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) kawasan rentan pangan dapat teratasi dengan baik.

"Tentu kita berharap ketajaman Opal dan KRPL mampu menjawab masalah pangan yang ada di tengah-tenah masyarakat, serta menjamin kebutuhan mereka," katanya.

Senada dengan Fasli, Direktur Jenderal Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Kirana Pritasari juga mendukung upaya Kementan dalam mengatasi kerentanan pangan di sejumlah daerah. Apalagi, program tersebut berkaitan langsung dengan penanganan stunting.

"Tentu kami sangat menyambut baik kerjasama ini untuk mendorong perubahan prilaku masyarakat, termasuk pentingnya ketahanan pangan di tingkat keluarga," katanya.

Menurut dia, penanganan stunting yang berkaitan dengan asupan pangan sangatlah penting untuk menghindari kondisi kronis, seperti penurunan tinggi badan dan penyusutan kesehatan dari rata-rata anak seusianya.

"Ini akan menjadi masalah besar bagi bangsa kita, kalau kemudian generasi ini terus menjadi sumber daya manusia yang akhirnya tidak kompetitif tidak produktif dan nanti secara ekonomi akan mempengaruhi pembangunan bangsa kita," katanya.

Untuk diketahui, program Opal merupakan program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dengan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan sehat dan gizi keluarga.

Selain itu, program ini juga memiliki kerangka jangka panjang untuk meningkatkan penyediaan sumber pangan keluarga yang Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA). Lebih dari itu, Opal juga dirancang untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat, meningkatkan pendapatan rumah tangga, meningkatkan akses pangan keluarga, konservasi sumberdaya genetik lokal dan mengurangi jejak karbon serta emisi gas pencemar udara.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Agung Hendriadi mengatakan bahwa program Opal dirancang sebagai salah satu langkah kongkrit pemerintah dalam mengintensifkan peta ketahanan dan kerentanan pangan atau food security and vulnerability atlas (SFVA).

"Dalam hal ini kita harus bersinergi melakukan pembebasan daerah rawan pangan supaya mampu mengentaskan kemiskinan dan mengurangi stanting pada ibu hamil," katanya.

Menurut Agung, hasil pemetaan Kementan pada kasus kerentanan rawan pangan ini di antaranya terjadi di daerah Sigi, Sulawesi Tengah. Di sana, kasus yang ditemukan bahkan sampai masuk kategori level kronis.

"Makanya kapasitas produksi pangan harus kita tingkatkan untuk mencukupi permintaan konsumsi. Tapi sudah kita inisiasi dengan program Obor Pangan Lestari seperti membangun koperasi usaha tani dan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Semua ini menjadi upaya kita untuk meningkatkan ketersediaan pangan," tukasnya.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Kejar Target Sebagai Penyuplai CPO Nomor 1 di Argentina


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler