Kementan Minta Petani Terapkan Cara Ini Untuk Antisipasi Hama dan Perubahan Iklim

Jumat, 12 Juni 2020 – 13:25 WIB
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto menyiram tanaman cabai di pesisir pantai Parang Trisik, Kulonprogo. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan sejumlah skenario menghadapi musim kemarau. Terutama terkait komoditas strategis hortikultura.

Merujuk hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau 2020 diprediksi datang lebih awal.

BACA JUGA: Kementan Tingkatkan Produksi Pangan Lewat Optimasi Lahan

Direktur Jenderal Hortikiultura Prihasto Setyanto mengungkapkan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah antisipasi terkait terjadinya kemarau panjang sebagai dampak dari perubahan iklim ekstrem.

Ini sebagaimana arahan Menteri Syahrul Yasin Limpo (SYL), di mana seluruh jajarannya harus memiliki rencana jangka panjang dan inovasi, dalam menghadapi berbagai anomali cuaca.

BACA JUGA: Sistem Logistik Jadi Strategi Kementan Jelang Menghadapi Tatanan Baru

"Selain menyebabkan berkurangnya ketersediaan air, kemarau panjang juga dapat meningkatkan dan mengubah pola perilaku hama. Kondisinya, hama yang menjadi lebih resisten dan ganas," ujar Prihasto dalam keterangannya, Jumat (12/6).

Prihasto juga menyampaikan bahwa dampak yang biasanya dirasakan petani antara lain kemungkinan penurunan hasil panen.

BACA JUGA: Kementan: Tidak Benar Stok Beras Menipis

Ini diakibatkan meningkatnya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama hama.

"Selain itu terjadi peningkatan risiko gagal panen dan penurunan pendapatan petani," lanjut pria yang akrab dipanggil Anton itu.

Anton juga mengatakan bahwa potensi musim kemarau ekstrem harus diwaspadai dan diantisipasi sejak dini.

Adapun petani dapat menyiapkan teknologi pengairan seperti infrastruktur panen air hujan seperti embung kecil, dam parit, long storage, sumur dangkal.

"Di samping itu dipersiapkan juga teknologi hemat air seperti sumur dangkal/ sumur renteng, irigasi tetes/ drip, irigasi curah/sprinkle, pompa air tenaga surya, tirta mini dan tirta midi," beber Anton.

Terpisah, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf, menyampaikan bahwa pengelolaan OPT secara pre-emptif perlu dilakukan sejak awal. Tepatnya sebelum tanam untuk mewaspadai dan mencegah terjadinya serangan OPT.

"Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan varietas benih yang sehat bermutu bebas OPT, solarisasi tanah, pemasangan perangkap hama seperti likat kuning, likat biru dan putih, perangkap lampu dan sex pheromone sebagai antisipasi dan monitoring," papar Sri.

"Dengan demikian sebelum serangga hama dewasa meletakkan telur-telurnya pada tanaman budidaya dapat terpantau dan dikendalikan," tambahnya.

Yanti-sapaannya- menambahkan bahwa antisipasi serangan OPT melalui pengendalian pre-emptif ini dilakukan secara ramah lingkungan.

"Dengan demikian selain dapat mencegah terjadinya ledakan serangan OPT hama juga dapat meningkatkan kualitas dari hasil tanaman budidaya itu sendiri," tandas dia. (cuy/jpnn)

 

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler