jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian tengah menjalankan pengembangan diversifikasi pangan berbasis kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi.
Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat non beras seperti ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa pihaknya memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sebanyak 267 juta jiwa harus tercukupi kebutuhannya. Oleh karena itu, diversifikasi akan membantu ketahanan pangan masyarakat.
“Ada potensi pangan lokal yang luar biasa dalam mendukung program diversifikasi pangan. Kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan,” ujar Kuntoro dalam Diskusi Forum Wartawan Pertanian bertemakan “Diversifikasi Pangan Kokohkan Ketahanan Pangan Nasional”, di Jakarta, Rabu (9/9).
BACA JUGA: Stok Pangan Dunia Menipis, Wapres: Pemerintah Sudah Ambil Langkah Strategis
Dari segi produktivitas, potensi produktivitas ubi kayu mencapai 10 ton per hektare dan pisang potensinya dapat mencapai 80 ton per hektare. Selanjutnya, perlu mendorong pasar untuk memperkenalkan produk.
“Jadi imejnya pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk konsumsi,” jelasnya.
BACA JUGA: Covid-19 Tantangan Bagi Kementan untuk Penyediaan Pangan, Mohon Doanya
Sementara itu, Rikwanto selaku Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian menyebut bahwa pihaknya memiliki strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal.
Saat ini, setiap provinsi difokuskan melakukan produksi panganan lokal selain beras. Ada enam komoditas pangan di antaranya ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum.
"Secara konsistem menggalakkan diversifikasi pangan di wilayah masing- masing dan menjadi sebuah gerakan,bahkan di pekarangan rumah," jelas dia.
Riwantoro menyebutkan diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.
Dalam lima tahun ke depan, Kementan RI menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen. Khusus tahun 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun.
Hingga tahun 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun. Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai Rp 17,78 triliun.
Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun.
"Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM,” ujarnya. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan