jpnn.com, NUSA DUA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kemen BUMN) mengembangkan 5 (lima) insiatif strategis untuk mendorong BUMN membangun portopolio dan ekosistem.
Langkah itu dilakukan dalam rangka mendukung dekarbonisasi dan mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.
BACA JUGA: Dukung Transisi Green Energy, Pertamina Kenalkan Solar Panel ke Siswa SMA Balikpapan
Wakil Menteri BUMN I, Pahala N. Mansyuri mengatakan salah satu fokus besar Kementerian BUMN adalah mendorong BUMN agar tidak hanya memberikan nilai dan dampak positif bagi masyarakat Indonesia, tetapi berinovasi.
“Karena kami melihat itu sebagai peluang untuk benar-benar meningkatkan ketahanan energi dan kemandirian energi kami,” ucap Pahala.
Dalam konferensi yang mengangkat tema “Energy Transition and Green Development for Sustainable Growth”, Pahala menguraikan dalam jangka pendek perubahan akan mengalami percepatan sebagai dampak krisis Rusia-Ukraina.
BACA JUGA: Pertapreneur Aggregator: Pertamina Gelar Coaching untuk 50 UMKM yang Masuk Semifinal
Namun, Kementerian BUMN melihat pada tren jangka menengah, dengan menawarkan 5 inisiatif utama.
Pertama, membentuk ekosistem pasar karbon antar BUMN untuk mempercepat agenda dekarbonisasi dan menetapkan role model bagi pembentukan pasar karbon nasional serta menjalan Nature Base Solution (NBS).
BACA JUGA: Sempat Turun, Ini Daftar Harga BBM Pertamina 10 Oktober 2022
Kedua, mengembangkan kapasitas EBT, antara lain Geothermal, Biomassa, Biofuel, dan lainnya.
Ketiga, membangun ekosistem EV untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, mengurangi impor dan subsidi bahan bakar.
Keempat, mekanisme transisi energi melalui upaya mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga batu bara.
Terakhir, mengembangkan klaster industri hijau.
Lebih lanjut, menurut Pahala, Pemerintah menetapkan Indonesia benar-benar bisa mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dan mengurangi emisi sekitar 32% pada 2030.
Untuk itu, BUMN harus mampu mengembangkan portofolio inisiatif, baik untuk masing-masing atau sebagai ekosistem atau bekerja sama dengan yang lain untuk membantu mencapai National Determined Contribution (NDC).
“Kami sudah menetapkan bahwa setiap tahun harus memiliki KPI. Setidaknya telah ditetapkan apa yang akan menjadi target pengurangan emisi,” ujarnya.
Dalam panel konferensi tersebut, President of Schlumberger Asia, Amy Chua mengungkapkan perusahaan migas yang dia pimpin melakukan tiga pendekatan untuk dekarbonisasi, yakni mengurangi emisi sendiri, membantu klien/pelanggan dalam pengurangan emisi, dan memulai berinvestasi dalam energi baru.
“Jadi, saya pikir portofolio yang akan datang ini pada akhirnya akan menjadi bagian dari transisi energi kita,” kata Amy Chua.
Namun menurutnya, regulasi pasti memainkan peran besar.
Dia mencontohkan di Eropa, pada 2005, ketika Komisi Uni Eropa menciptakan sistem transisi.
Eropa mengalami kemajuan cepat 15-17 tahun kemudian.
Pengurangan emisi yang mereka lakukan sangat fenomenal karena emisinya berkurang hampir 43% dan melakukan penelurusan hingga 42,8%.
Dia menilai tanpa kebijakan yang jelas, pengurangan emisi akan memakan waktu lebih lama.
“Kami terbiasa melakukan itu. Jadi, kami memiliki banyak kemitraan dan kolaborasi di seluruh dunia sekarang,” ujarnya. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ramai Isu Pertalite Disebut RON 86, Ini Penjelasan Pertamina
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian