Kementerian Transmigrasi Gandeng LPDP Luncurkan Beasiswa Patriot

Kamis, 28 November 2024 – 17:38 WIB
Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanegara seusai mengadakan pertemuan dengan LPDP di Jakarta, Kamis (28/11). Foto: Kenny Kurnia Putra/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Transmigrasi (Kementrans) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan meluncurkan Program Beasiswa Patriot pada 2025 sebagai bagian dari Program Transmigrasi Patriot.

Hal ini disampaikan Menteri Transmigrasi Iftitah Sulaiman Suryanegara seusai mengadakan pertemuan dengan LPDP di Jakarta, Kamis (28/11).

BACA JUGA: Kementrans dan Kemendes PDT Raih Peringkat Terbaik I Atas Kepatuhan Pelayanan Publik

“Rencananya tahun depan kami sudah akan mulai programnya. Mulai bulan Januari kami sudah mulai catch up dengan LPDP ini,” kata Iftitah.

Dia mengatakan jadwal seleksi Program Beasiswa Patriot akan digelar bersamaan dengan Program Beasiswa LPDP pada Januari 2025 dan Juli 2025.

BACA JUGA: Program 100 Hari Kementrans: Irwan Ungkap 9 Prioritas Menteri Iftitah Sulaiman

Namun, Iftitah menjelaskan pihaknya masih akan mempertimbangkan progres persiapan Program Beasiswa Patriot selama sebulan ke depan sebelum memutuskan untuk benar-benar memulai program tersebut.

Dia menuturkan Program Transmigrasi Patriot dan Beasiswa Patriot tidak hanya menyasar anak-anak para warga transmigran, tetapi seluruh generasi muda Indonesia yang berjiwa bela negara.

BACA JUGA: Mata Garuda LPDP dan USAID Indonesia Dorong Tenaga Pendidik Raih Sertifikasi Bertaraf Internasional

“Sebelum kami siapkan mentalnya, intelektualnya dan fisiknya terlebih dahulu melalui Program Beasiswa Patriot, anak-anak muda ini akan kami seleksi terlebih dahulu yang memiliki karakter patriot, yakni orang-orang yang berani dan rela berkorban untuk bangsa dan negara,” lanjutnya.

Dia juga menjelaskan para peserta yang lulus seleksi kemudian akan menjalani pendidikan dasar militer selama 1,5 bulan sebagai tentara cadangan.

Mereka juga akan menjalani matrikulasi dengan ditempatkan di sejumlah kawasan transmigrasi selama kurang lebih 3 bulan untuk tinggal bersama penduduk setempat yang akan menjadi orang tua asuh mereka.

“Kami berharap selama 3 bulan itu mereka akan belajar, mengamati, dan menilai apa potensi, tantangan, dan peluang di kawasan transmigrasi yang kelak akan mereka kembangkan,” ucap Iftitah.

Selanjutnya, para peserta akan diberangkatkan untuk menempuh pendidikan S2, maupun S3 di bidang science, technology, engineering, dan mathematics (STEM) di berbagai universitas terkemuka di dunia.

Setelah lulus, mereka akan ditempatkan kembali di kawasan-kawasan transmigrasi tersebut dengan masa penugasan selama 10 tahun.

“Jika mereka meninggalkan kawasan transmigrasi sebelum 10 tahun, mereka akan dianggap desersi dan dikenakan sanksi untuk mengembalikan seluruh dana yang telah diberikan negara untuk menyiapkan mereka atau diberikan sanksi hukum,” pungkas Iftitah.(mcr8/jpnn)


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler