Kena Penyakit Langka, Pria Ini Terpaksa 3 Kali Ganti Wajah

Jumat, 20 April 2018 – 12:27 WIB
Tiga wajah Jerome Hamon. Foto: AP

jpnn.com, PARIS - Jerome Hamon menjadi orang pertama yang tiga kali berganti wajah. Dalam kurun waktu delapan tahun, dia sudah dua kali menjalani operasi transplantasi alias cangkok wajah.

Yang pertama dilakukan gara-gara penyakit genetik langka yang diidapnya, neurofibromatosis tipe 1. Sedangkan operasi kedua dilakukan karena terjadi kerusakan jaringan pada wajah cangkokan.

BACA JUGA: Waspada, Gejala Penyakit Langka Ini Mirip DB

”Sekarang saya berumur 43 tahun. Donor wajah saya berusia 22 tahun. Artinya, sekarang saya terlihat lebih muda 20 tahun,” canda Hamon dalam jumpa pers, Selasa (17/4) sebagaimana dilansir Associated Press.

Dalam operasi pertama pada 2010, Hamon mendapatkan donor wajah dari seorang pria berusia 60 tahun. Maka, saat itu, dia langsung terlihat 25 tahun lebih tua dari usia aslinya yang 35 tahun.

Laurent Lantieri, dokter spesialis bedah tangan dan wajah di Georges Pompidou Hospital, menjelaskan, nomalnya cangkok wajah bisa bertahan sekitar 10 sampai 15 tahun.

Tapi, Hamon terpaksa menjalani transplantasi lagi di tahun ketujuh gara-gara obat flu, tepatnya antibiotik. Jaringan kulit pada wajah baru Hamon bereaksi keras terhadap antibiotik yang dikonsumsinya pada 2015. Ujungnya, jaringan itu mati.

Kerusakan jaringan tersebut membuat wajah Hamon terlihat seperti semula. Yakni, saat sebelum menjalani transplantasi wajah pada 2010. Hamon terlihat mengerikan. Wajahnya tidak berbentuk.

Saat itu neurofibromatosis tipe 1 yang dideritanya memicu munculnya tumor tak berbentuk. Karena itulah, dia lantas menjalani pencangkokan wajah. Dan, dia kembali menjalani proses yang sama Januari lalu.

”Saya sudah merasa lebih baik. Saat transplantasi pertama dulu, saya bisa langsung menyesuaikan diri. Sekarang pun demikian,” ungkap Hamon.

Sama dengan operasi pertama, kali ini pun dia harus menjalani terapi darah. Terapi yang dilakukan sekitar tiga bulan sebelum pencangkokan itu berfungsi untuk meminimalkan reaksi penolakan terhadap wajah yang dicangkokkan.

Lantieri, dokter yang memimpin dua kali operasi transplantasi Hamon, mengungkapkan, pasiennya masih butuh pengawasan meski masa kritisnya sudah lewat.

Selama tiga bulan terakhir sejak operasi kedua, tubuh Hamon tidak menunjukkan penolakan terhadap wajah donor. Hamon juga sudah bisa melakukan berbagai aktivitas dengan wajah barunya, termasuk berbicara dan makan. (hep/c17/dos)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler