JAKARTA — Pemerintah hingga kini masih belum memutuskan kebijakan terkait BBMLambannya pemerintah menentukan sikap ini kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Rusman Heriawan dapat dimaklumi
BACA JUGA: Cina Kuasai Impor Indonesia
Karena setiap kebijakan terkait harga BBM berdampak langsung pada angka kemiskinan.‘’Pada tahun 2006 kita pernah mengalami peningkatan jumlah orang miskin, dari 35 juta menjadi 39 juta atau dari 15 persen menjadi 17 persen
Saat itu tambah Rusman, kebijakan kenaikan yang cukup drastis membuat masyarakat Indonesia terkejut dan tidak siap
BACA JUGA: Ekspor Indonesia Catat Rekor Tertinggi
Dampaknya menjalar hingga ke garis bawah dan angka kemiskinan langsung membludak tidak terkendaliBACA JUGA: Orang Miskin Capai 30,02 Juta Jiwa
Setiap kebijakan BBM naik Rp500 kami prediksi menyumbang inflasi 2,25 persenItu baru dampak langsung, belum termasuk dampak tidak langsung seperti pada kendaraan,’’ kata Rusman.Rusman menjelaskan bahwa angka kemiskinan di Indonesia selalu fluktuatifPenurunan kemiskinan tidak signifikan meski angka pertumbuhan ekonomi cukup naik signifikanHal ini diakibatkan karena jumlah orang miskin di Indonesia meningkat cukup tinggi‘’Maret 2010 ke Maret 2011 saja jumlah penduduk dalam garis kemiskinan naik 10 persen lebihMeskipun sebenarnya inflasi cenderung rendah di 6,65 persenJadi garis kemiskinan naik lebih tinggi dar inflasi,’’ jelas Rusman.
Namun kata Rusman perlu diketahui, bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia bukan karena kebutuhan per kapita setiap jiwa di IndonesiaMeski upah buruh di Indonesa sekitar Rp8.000 (atau tidak mencapai USD1) namun bila melihat dari Purchasng power parity (PPP atau nilai tukar) maka upah buruh di Indonesia sebenarnya mencapai USD2.
‘’USD1 di luar negeri bila dibelanjakan di Indonesia bisa mendapatkan jasa yang lebih banyakJadi sebenarnya biaya per kapita per kepala di Indonesia mencapai USD2Ini agar tiada dusta di antara kita,’’ kata Rusman.(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Inflasi Juni Capai 0,55 Persen, Kepala BPS Malu
Redaktur : Tim Redaksi