JAKARTA - Direktur Eksekutif Econit, Hendri Saparini mengatakan pengorbanan rakyat yang dipaksa menerima kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sesunguhnya tidak mendatangkan manfaat bagi ekonomi bangsa dan negara ini. Kenaikan itu justru menambah beban bagi rakyat karena perekonomian tak akan membaik.
"Masyarakat diminta untuk berkorban atas naiknya harga BBM. Tapi defisit dan subsidi untuk BBM dalam APBNP 2013 yang baru saja disetujui DPR kok bertambah," kata Hendri Saparini, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (19/6).
Demikian juga halnya dengan utang. Menurut Hendri Saparini, terjadi pembengkakkan yang luar biasa di APBNP 2013. "Jadi pengorbanan masyarakat sama sekali tidak ada gunanya," tegas dia.
Dikatakannya, propaganda pemerintah seolah-olah semua pihak mendukung naiknya harga BBM merupakan komplain sepihak yang secara sengaja diendus oleh pemerintah.
"Semua dibikin seolah-olah mendukung harga BBM naik. Padahal kalangan pengusaha memberi syarat kalau harga BBM naik, upah minimum regional (UMR) tidak diberlakukan. Ini tukar-guling kebijakan namanya dan yang jadi korban itu korban itu lagi-lagi buruh," ungkapnya.
Di sisi lain yang bikin miris karena fakta bocornya BBM bersubsidi dan biaya produksi yang sesungguhnya tidak pernah disentuh oleh pemerintah. "Dari waktu ke waktu opini yang dibangun pemerintah adalah menaikkan harga BBM merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ekonomi bangsa," tegasnya. (fas/jpnn)
"Masyarakat diminta untuk berkorban atas naiknya harga BBM. Tapi defisit dan subsidi untuk BBM dalam APBNP 2013 yang baru saja disetujui DPR kok bertambah," kata Hendri Saparini, di gedung DPD, komplek Parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (19/6).
Demikian juga halnya dengan utang. Menurut Hendri Saparini, terjadi pembengkakkan yang luar biasa di APBNP 2013. "Jadi pengorbanan masyarakat sama sekali tidak ada gunanya," tegas dia.
Dikatakannya, propaganda pemerintah seolah-olah semua pihak mendukung naiknya harga BBM merupakan komplain sepihak yang secara sengaja diendus oleh pemerintah.
"Semua dibikin seolah-olah mendukung harga BBM naik. Padahal kalangan pengusaha memberi syarat kalau harga BBM naik, upah minimum regional (UMR) tidak diberlakukan. Ini tukar-guling kebijakan namanya dan yang jadi korban itu korban itu lagi-lagi buruh," ungkapnya.
Di sisi lain yang bikin miris karena fakta bocornya BBM bersubsidi dan biaya produksi yang sesungguhnya tidak pernah disentuh oleh pemerintah. "Dari waktu ke waktu opini yang dibangun pemerintah adalah menaikkan harga BBM merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ekonomi bangsa," tegasnya. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Makin Terpuruk
Redaktur : Tim Redaksi