jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Isu Strategis Imron Cotan menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadi momentum untuk memaksimalkan pemanfaatan energi bersih.
Selain itu, Imron menyebut pemerintah harus mengalihkan APBN untuk sektor yang lebih tepat sasaran.
BACA JUGA: Subsidi BBM Membebani APBN, Energy Watch Punya Usul Begini
"Momentum strategis ini harus dimanfaatkan untuk membaurkan energi terbarukan, menuju total," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Minggu (4/9).
Seperti diketahui, pemerintah mengumumkan kenaikan BBM kemarin, Sabtu (3/9).
BACA JUGA: Menkeu Sri Mulyani Sebut Kinerja APBN Agustus 2022 Menunjukkan Tren Positif
Dia mengingatkan pemerintah harus melakukan efisiensi karena selama ini sebanyak 20 persen APBN yang terkunci untuk pemberian subsidi yang tidak sehat.
"Itu tidak sehat karena yang selama ini terjadi tidak tepat sasaran," ucapnya.
BACA JUGA: Iwan Fals: Baru Senang konser Lancar, eh, BBM Naik
Imron menyarankan agar pemerintah melakukan penajaman subsidi agar APBN tidak tertekan. Jika hal itu tidak segera dilakukan justru kecukupan anggaran akan habis pada bulan ini.
"Sekarang ada Rp 502 triliun sudah disisihkan dan September ini akan habis. Kalau diteruskan di September, kita harus nambah lagi Rp 198 triliun," terang Imron.
Tak hanya itu saja, ia menuturkan bahwa penggunaan minyak dengan berbahan fosil di sisi lain juga memiliki dampak buruk.
Menurut pria yang pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia itu menilai grafik harga minyak dunia terus mengalami peningkatan sejak 50 tahun terakhir.
Di sisi lain, keberadaan energi berbahan fosil sangatlah terbatas jika terus menerus dieksploitasi dan mampu memproduksi karbon dioksida yang meracuni.
Apalagi pemerintah Indonesia memiliki target supaya bisa melakukan 30 persen reduksi emisi karbon.
"Jika APBN terus terkunci hanya untuk memberikan subsidi BBM, maka upaya mereduksi emisi itu akan sulit tercapai," katanya.
Imron mengatakan Indonesia memiliki potensi pemanfaatan energi baru terbarukan yang melimpah, sehingga efisiensi APBN sudah seharusnya dilakukan dengan memberlakukan penyesuaian harga BBM.
"Indonesia bisa sekali (memanfaatkan energi bersih) karena tenaga listrik, air, dan surya melimpah sepanjang tahun. Kita memanfaatkan momentum ini untuk mempersiapkan SDM juga," terangnya.
Imron menilai upaya penyesuaian harga BBM bersubsidi dilakukan demi bisa menghadirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.
"Jadi mari kita tunjukkan kesatuan dan persatuan bangsa karena tujuan dari pemerintah itu menghadirkan keadilan di tengah-tengah masyarakat," katanya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif, hari ini, mengatakan pemerintah memutuskan menyesuaikan harga BBM subsidi Pertalite menjadi Rp 10 ribu per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter, biosolar menjadi Rp 5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.(mcr10/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul