jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak sedikit lebih rendah setelah perdagangan berombak pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB).
Perdagangan komoditas migas itu terguncang setelah kabar Arab Saudi yang menaikkan harga minyak mentah Juli.
BACA JUGA: Waduh! Lagi-Lagi Harga Minyak Dunia Melonjak
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun tipis 21 sen atau 0,2 persen, menjadi menetap di USD 119,51 per barel setelah menyentuh tertinggi intraday USD 121,95.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli merosot 37 sen atau 0,3 persen, menjadi ditutup di USD 118,50 per barel setelah mencapai level tertinggi tiga bulan di USD 120,99. WTI turun satu USD di awal sesi.
BACA JUGA: Harga Minyak Sawit Mentah Turun nih! Artinya?
Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP-official selling price) Juli untuk minyak mentah Arab Light andalannya.
Harga minyak Arab Saudi yang dijual ke Asia naik sebesar USD 2,10 dari Juni menjadi premium USD 6,50 terhadap rata-rata kotrak acuan Oman dan Dubai.
BACA JUGA: Waduh! Harga Minyak Mentah Dunia Berpotensi Meroket hingga USD 200 Per Barel
Angka itu tidak jauh dari puncak sepanjang masa yang tercatat pada Mei ketika harga mencapai tertinggi, karena kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia.
Kenaikan harga mengikuti keputusan minggu lalu oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, untuk meningkatkan produksi pada Juli dan Agustus sebesar 648 ribu barel per hari, atau 50 persen lebih dari yang direncanakan sebelumnya.
Peningkatan produksi itu dilakukan meskipun kendala dalam kapasitas penyulingan global telah menjaga harga tetap tinggi.
Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch menyebutkan pemasukan minyak mentah ke kilang-kilang AS telah berkurang sekitar 6,0 persen dari periode sama empat tahun lalu.
"Hal ini terkait dengan kebutuhan akan penutup minyak mentah yang lebih sedikit sambil berkontribusi pada ketatnya pasar bensin dan solar," kata Ritterbusch di Galena, Illinois.
Target yang meningkat tersebar di semua anggota OPEC+, banyak di antaranya memiliki sedikit ruang untuk meningkatkan produksi dan termasuk Rusia, yang menghadapi sanksi Barat setelah invasi ke Ukraina pada Februari.
"Kami memperkirakan peningkatan produksi OPEC+ menjadi sekitar 160 ribu barel per hari pada Juli dan 170 ribu barel per hari pada Agustus," kata analis JP Morgan dalam sebuah catatan.
Pada Senin (6/6/2022), Citibank dan Barclays menaikkan perkiraan harga mereka untuk 2022 dan 2023, dengan mengatakan mereka memperkirakan produksi dan ekspor Rusia turun sekitar satu juta hingga 1,5 juta barel per hari pada akhir 2022. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul