jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak global makin meroket pascalarangan impor asal Rusia oleh Amerika Serikat
Selain itu, Inggris juga menyatakan akan menghapus impor asal Rusia secara bertahap hingga akhir tahun.
BACA JUGA: Harga Sawit Pecah Rekor Lagi, Nasib Minyak Goreng Bagaimana?
Dikuti dari Antara, keputusan dua negara itu diprediksi akan lebih menggangu pasar energi global, karena Rusia merupakan negara pengeskpor kedua terbesar di dunia.
Rusia mengirimkan tujuh juta hingga delapan juta barel per hari minyak mentah dan bahan bakar ke pasar global.
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Melonjak, PKS Minta Pemerintah Tak Naikkan BBM Bersubsidi
Pada perdagangan Selasa atau Rabu pagi (9/3) WIB harga minyak menetap tinggi sekitar empat persen.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak USD 4,77 atau 3,9 persen per barel, menjadi menetap di USD 127,98 per barel, setelah mencapai harga tertinggi sesi di USD 133,09.
BACA JUGA: Harga Minyak Dunia Meroket, Pertamina Janji Pasokan Energi RI Terpenuhi
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat USD 4,30 atau 3,6 persen, menjadi ditutup di USD 123,70 per barel, setelah mencapai tertinggi sesi USD 129,40 per barel.
Harga minyak telah melonjak lebih dari 30 persen sejak Rusia menginvasi Ukraina. Terlebih disusul oleh rangkaian sanksi ekonomi dari Amerika Serikat serta negara-negara lain.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia dan energi lainnya.
Selain itu, Inggris mengatakan akan menghentikan impor minyak dan produk minyak Rusia pada akhir 2022, memberi pasar dan bisnis waktu untuk menemukan alternatif.
Analis minyak utama di Kpler Matt Smith mengatakan Amerika Serikat mengimpor sangat sedikit minyak dari Rusia.
"Ini hanya satu eskalasi lagi dalam serangkaian peristiwa yang telah mendorong harga minyak mentah dunia dan produknya lebih tinggi," tambah Smith.
Analis di konsultan Rystad Energy yang berbasis di Oslo menyatakan larangan impor dapat memicu harga minyak global hingga menyentuh angka USD 200 per barel .
Sebelum larangan AS diumumkan, Goldman Sachs telah menaikkan perkiraan Brent dari USD 90 menjadi USD 135 pada 2022.
Namun, pada 2023 diprediksi minyak akan naik dengan menjadi USD 115 per barel dari USD 105 per barel. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia