Kenali Gejala Kejang Saat Kehamilan, IDI Biak Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat

Sabtu, 07 Desember 2024 – 11:30 WIB
IDI Biak memberikan informasi tentang gejala kejang saat kehamilan atau eklampsia dan pengobatan yang tepat untuk mengatasinya. Foto: ilustrasi/Antara

jpnn.com, BIAK - Berbicara tentang kehamilan, salah satu gangguan kesehatan yang dapat diderita sebelum, selama atau setelah persalinan adalah eklampsia.

Pada umumnya eklampsia adalah bentuk komplikasi parah dari preeklampsia yang ditandai tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine.

BACA JUGA: Mengenal Diabetes dalam Kehamilan, Dampak dan Penanganannya 

Gangguan eklampsia adalah bentuk komplikasi paling sering terjadi pada kehamilan, mempengaruhi 0,3 persen hingga 0,8 persen dari seluruh kehamilan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Biak dengan alamat website idibiak.org menjelaskan penyebab utama eklampsia belum sepenuhnya dipahami.

BACA JUGA: Sempat Keguguran, Via Vallen Umumkan Kehamilan Lagi

Namun biasanya kondisi ini terkait adanya penyakit berasal dari riwayat keluarga atau keturunan

IDI Cabang Biak juga menjelaskan perbedaan mendasar antara eklampsia dan preeklampsia sendiri terletak pada tanda dan gejala yang ditimbulkan.

BACA JUGA: 4 Makanan Pencegah Kehamilan yang Bisa Anda Konsumsi

Preeklampsia dapat ditandai dengan adanya tekanan darah tinggi dan protein pada urine tanpa disertai kejang, sedangkan eklampsia merupakan komplikasi lanjutan dari preeklampsia yang ditandai dengan terjadinya kejang pada ibu hamil sehingga lebih berbahaya.

IDI saat ini juga melakukan penelitian lanjutan terkait dengan penyakit eklampsia, kemudian rekomendasi obat yang dapat diberikan bagi penderitanya.

Apa Saja Gejala Ibu Hamil Mengidap Penyakit Eklampsia?

IDI Biak menjelaskan eklampsia atau kejang saat kehamilan adalah kondisi serius yang dapat terjadi pada wanita hamil, ditandai dengan serangan kejang yang biasanya muncul setelah preeklamsia.

Preeklamsia sendiri adalah kondisi yang ditandai tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam urine.

Gejala eklampsia dapat bervariasi.

Namun, umumnya mencakup beberapa tanda dan gejala sebagai berikut:

1. Adanya kejang dan penurunan kesadaran

Kejang adalah gejala utama eklampsia yang dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan.

Kejang ini sering dimulai dengan kedutan di otot wajah dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Kejang bisa berlangsung dari 15 detik hingga beberapa menit.

Setelah kejang, ibu hamil mungkin mengalami penurunan kesadaran atau bahkan koma.

2. Kesulitan untuk buang air kecil

Gejala selanjutnya bagi ibu hamil yang menderita eklampsia kesulitan dalam buang air kecil atau perubahan dalam pola buang air kecil.

Penting untuk berkonsultasi ke dokter apabila gejala semakin parah sehingga mendapatkan medis awal.

3. Terjadi pembengkakan di area sekitar tubuh

Faktor lainnya yang mungkin terjadi pada penderita eklampsia adalah pembengkakan di area sekitar tubuh.

Pembengkakan di wajah, tangan, atau kaki (edema) yang berlebihan juga merupakan gejala yang umum.

4. Peningkatan tekanan darah

Adapun gejala terakhir adalah perasaan gelisah dan tekanan darah tinggi.

Tekanan darah tinggi (di atas 140/90 mm Hg) dan adanya protein dalam urine adalah tanda-tanda preeklamsia yang dapat berkembang menjadi eklampsia jika tidak ditangani.

Apa saja obat yang direkomendasikan untuk penyakit eklampsia pada ibu hamil?

Pengobatan untuk eklampsia pada ibu hamil bertujuan mengatasi kejang dan mengontrol tekanan darah, serta mempersiapkan persalinan jika diperlukan.

Berikut obat-obatan yang direkomendasikan untuk mengatasi eklampsia:

1. Obat Diazepam

Diazepam adalah obat yang untuk mengobati eklampsia.

Obat ini juga dapat digunakan jika kejang berulang terjadi meskipun sudah diberikan magnesium sulfat.

Dosisnya biasanya 5–10 mg diberikan secara intravena.

2. Obat Antikonvulsan

Salah satu obat Antikonvulsan, seperti Lorazepam.

Obat ini dapat digunakan dapat digunakan jika kejang berulang terjadi meskipun sudah diberikan magnesium sulfat.

Dosisnya adalah 2–4 mg melalui intravena dalam 2–5 menit.

3. Obat Nifedipine

Obat terakhir yang akan diresepkan dokter adalah Nifedipine.

Obat ini biasanya diberikan dalam bentuk oral dengan dosis awal 10-20 mg yang dapat diulang setiap 30-45 menit sampai tekanan darah terkontrol.

Pengobatan eklampsia adalah kondisi darurat yang memerlukan penanganan medis segera.

Selain pemberian obat-obatan di atas, persalinan sering kali menjadi langkah penting dalam pengelolaan eklampsia.

Pemantauan ketat terhadap kondisi ibu dan janin juga sangat diperlukan selama perawatan. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler