jpnn.com, SURABAYA - KB-TK Islam Al Azhar 35 Surabaya kemarin mengadakan festival dolanan. Kegiatan yang didukung komunitas Kampung Dolanan itu memperkenalkan 10 jenis permainan tradisional. Di antaranya, egrang dan tarik tambang.
"Ayo... Tarik. Sedikit lagi!" seru Vanesa Azaura kepada teman-temannya. Saat itu, bocah yang duduk di TK-B tersebut sedang beradu tarik tambang dengan anak TK-A. Kendati tanpa persiapan sebelumnya, mereka tampak kompak. Mulai berkoordinasi hingga mengatur strategi. Tawa mereka pecah saat mendapati lawan kesusahan menahan tali hingga terseret.
Selain tarik tambang, anak-anak begitu menikmati balap egrang. "Ayo.. Tito.. Ayo.. Tito..," sorak Rafa menyemangati sahabatnya, Chicharito Arsakha Wijaya yang sedang balapan egrang batok kelapa. Tito, sapaan Chicharito, tampak girang meski sulit menjaga keseimbangan saat bermain egrang batok kelapa. Sesekali, dia hampir terjatuh saat menarik tali pengait egrang untuk digerakkan menuju garis finis.
"Horee... aku menang. Ternyata, gampang sekali memainkannya," ujarnya, lantas tertawa. Cowok 6 tahun itu mengaku kali pertama memainkan egrang. Dia lantas ketagihan. Tito juga bersemangat untuk mencoba jenis permainan lain. Misalnya, kelereng, dakon, dan bakiak.
Mustofa Sam, koordinator Kampung Dolanan, menyatakan senang saat anak-anak bisa memainkan permainan tradisional miliknya dengan girang. Menurut pria 27 tahun tersebut, generasi milenial saat ini cenderung malas untuk bergerak, apalagi bermain bersama teman. Mereka cenderung menyukai permainan virtual pada ponsel.
Menurut dia, permainan tradisional mengajarkan banyak hal. "Melatih fisik, sportivitas, kreativitas, dan yang paling penting memupuk kerja sama dan sosialisasi pada anak," ujar alumnus ITS tersebut.
Nina Amelia Putri, kepala KB-TK Islam Al Azhar 35, menjelaskan bahwa tujuan kegiatan itu adalah melestarikan kembali permainan tradisional yang mulai pudar.
Menurut dia, gadget seakan telah merenggut masa bahagia si kecil dan menjadikan si kecil pribadi yang cenderung individualistis dan mengabaikan sekitar. "Permainan tradisional perlu dilestarikan karena menjadi salah satu media penanaman nilai-nilai karakter pada anak," tegas perempuan kelahiran 1985 itu. (eno/c6/any)
BACA JUGA: Permainan Rakyat Jadi Bagian Kebijakan Pembangunan Karakter
BACA ARTIKEL LAINNYA... 16 Permainan Tradisional Indonesia Ditampilkan di Inggris
Redaktur : Tim Redaksi