jpnn.com - ANDA tergolong penggila belanja? Ada baiknya belajar mengendalikan diri. Shopaholic ternyata masuk salah satu gejala gangguan jiwa bipolar. Dokter Hendro Riyanto SpKJ dari RSJ Menur menjelaskan, bipolar adalah jenis penyakit psikologis yang ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrem. Yakni, berupa depresi dan mania.
Istilah bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan, yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi), yang ekstrem.
BACA JUGA: Kantor Ruang Terbuka, Pegawai Sulit Konsentrasi
Dia mengamati, banyak perempuan dari kalangan the haves maupun tidak yang menjadi gila belanja saat ini. Mal-mal padat dengan mereka yang merogoh koceknya untuk mendapatkan barang yang sejatinya tidak masuk kebutuhan primer. "Mania belanja masuk kategori bipolar. Mereka suka sekali membeli sesuatu untuk merasakan kepuasan," jelas spesialis kedokteran jiwa itu.
Gejala atau ciri shopaholic adalah suka menghamburkan uang dengan membeli apa saja yang diinginkan. Ada perasaan menyesal jika tidak berbelanja. Itu terjadi secara terus-menerus. "Suatu ketika saat grafik keinginan berbelanjanya menurun, mereka yang tergolong shopaholic ini bisa depresi," bebernya.
BACA JUGA: Cokelat Bisa Digunakan untuk Mendeteksi Kanker
Ada beberapa penyebab gangguan itu. Di antaranya, pada perempuan karena faktor hormonal dan gangguan neurotransmitter pada otak. Orang normal cenderung berbelanja sesuai dengan kebutuhan. Namun, tidak demikian halnya dengan seorang shopaholic. Mereka terus membeli barang-barang tanpa merasa puas.
Selain faktor internal, penyebab gangguan itu adalah faktor eksternal. Misalnya, dengan digebernya diskon besar-besaran untuk menarik perhatian. Apalagi, jika pada dasarnya sudah ada faktor pemicu internal, gangguan itu akan semakin mudah terjadi. (kit/c10/ayi)
BACA JUGA: Tips Hidup Bahagia Tanpa Stres
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jelang Lebaran, Salon Dipenuhi Pelanggan
Redaktur : Tim Redaksi