Kenduri Kabinet

Oleh: Dahlan Iskan

Sabtu, 03 Desember 2022 – 07:07 WIB
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - KENDURI Rakyat dahulu baru kabinet. Kemarin siang, setelah salat Jumat, Anwar Ibrahim menghadiri Kenduri Rakyat di Tambun, satu bagian kota Ipoh, ibu kota negara bagian Perak. Itu sekitar 250 Km di utara Kuala Lumpur.

Setelah Kenduri itu Anwar kembali ke Kuala Lumpur. Rakyat sudah menunggu pengumuman kabinet baru.

BACA JUGA: Omnibus Lagi

Mereka sudah tidak sabar. Sudah terlalu lama Malaysia tidak punya kabinet. Yakni sejak kabinet dibubarkan sebelum Pemilu 19 November lalu.

Sejak memenangkan Pemilu itu Anwar memang sudah ditunggu rakyat Tambun. Di daerah pemilihan Tambun inilah Anwar terpilih sebagai anggota DPR.

BACA JUGA: Kerja Prakerja

Sebagai orang Kuala Lumpur yang nyaleg di Dapil Tambun, ia harus memenuhi sopan-santun politik itu. Sekalian menemui Sultan Perak: Nazrin Shah.

Lalu melakukan temu sapa di Pasar Tanjung Rambutan. Juga mengunjungi klinik kesehatan Manjoi.

BACA JUGA: Bukan Dinasti

Setelah salat Jumat di masjid Muhammad Al Fateh Taman Jati, Anwar menghadiri Kenduri Rakyat di situ.

Tentu Kenduri Rakyat zaman sekarang sudah berbeda. Sahabat Disway di Malaysia menyebutkan makanan Kenduri Rakyat masa kini sudah datang dari katering. Bukan lagi hasil gotong-royong masyarakat.

Dahulu Kenduri Rakyat seperti itu selalu membuat seluruh warga sibuk. Sejak dua hari sebelumnya sudah ramai-ramai kupas bawang. Sehari sebelumnya potong kambing atau sapi.

Kini yang penting sajiannya masih sama: nasi minyak, nasi briani, nasi putih, dan nasi hujan panas. Dilengkapi dengan acar timun/buah, keropok ikan, dalca kari sayur, sambal ikan asin, dan ulam-ulaman.

Makanan utamanya: kambing bakar golek, sate sapi/ayam, kuah sambal kacang, dan ketupat/nasi himpit.

Tentu harus ada penutup: cendol, buah-buahan, bubur kacang hijau dan air batu campur (ABC). Sedang minumnya: air sirap selasih, air sirap limau dan minuman panas berupa teh atau kopi.

Daftar menu seperti itu Anda pun sudah tahu: itu karena makanan untuk Kenduri Rakyat harus terdiri dari tiga makanan utama suku Melayu, Tionghoa dan India.

Di Tambun, Anwar mendapat suara 32.000. Pesaingnya, dari Perikatan Nasional, kalah 6.000 suara: 26.000. Calon dari Barisan Nasional dapat 16.000. Calon keempat hanya dapat 656 suara.

Kenduri Rakyat itu memang ramai, tetapi pasti kalah ramai dengan apa yang berseliweran di otak Anwar. Ia harus mengumumkan kabinet setelah pulang ke Kuala Lumpur sore kemarin.

Ia sudah berjanji kabinetnya nanti ramping sekali. Tidak boleh hidup mewah. Gajinya dipotong. Lebih kecil dari gaji kabinet yang lalu.

Juga harus mewakili semua komponen koalisi, termasuk harus mengakomodasikan Serawak dan Sabah.

Anwar sendiri sudah menolak mobil dinas jenis limousine. Bahkan ia juga minta tidak digaji.

Anwar harus memikirkan kebutuhan hidup rakyat yang harganya naik. Acara rapat pertamanya seusai dilantik sebagai perdana menteri: membahas harga-harga kebutuhan pokok.

Tidak mudah mendapatkan menteri seperti itu. Apalagi salah satu anggota koalisinya adalah Barisan Nasional yang punya citra penuh dengan korupsi.

Yang juga sulit adalah mencari menteri keuangan. Anwar adalah mantan menteri keuangan yang terkenal.

Bisa saja ia merangkap menjadi menteri keuangan seperti ketika menjabat wakil perdana menteri di zaman Mahathir Muhammad dulu. Tetapi Anwar sudah menegaskan: tidak akan merangkap jabatan menkeu.

Mengangkat kembali Lim Guan Eng? Secara politik tepat: sekalian mengakomodasikan partai Tionghoa, DAP, yang memperoleh kursi lebih banyak dari partai Anwar sendiri: PKR.

Akan tetapi Guan Eng kini ketua umum Partai DAP. Apakah masih cukup waktu. Ia juga baru saja meninggalkan konflik berat di Serawak.

Saking marahnya rakyat Serawak sampai hampir semua kursi DPR dari Serawak dirampas habis oleh Gerakan Partai Serawak (GPS).

Guan Eng memang sudah minta maaf, tetapi luka lama bisa memerah kembali kapan saja.

Sebenarnya Guan Eng tidak salah. Ia mengungkapkan fakta. Tetapi ucapan itu menyakitkan perasaan.

"Serawak masih punya utang 2,5 miliar Ringgit kepada pemerintah pusat," ujar Guan Eng. Itu harus dibayar. Kalau tidak, dana untuk rehabilitasi sekolah-sekolah di Serawak tidak bisa dicairkan.

Guan Eng, menteri keuangan di zaman Mahathir II, punya data semua itu. Bahkan ia masih mengecam kebiasaan boros di Serawak.

"Serawak akan bangkrut dalam tiga tahun kalau tetap dikuasai GPS," ujar Guan Eng.

Benar belum tentu bijak. GPS kini justru lebih menguasai Serawak. DAP pun harus bekerja sama dengan GPS di kabinet baru ini.

Maka, mungkin Guan Eng tidak akan menjabat menkeu. Ia sudah merasa.

"Saya tidak mengharapkan duduk di kabinet. Yang penting bagaimana Malaysia bisa maju. Bisa bicara di panggung dunia lagi," ujar Guan Eng kepada media di sana.

"Yang penting jangan ada yang mencuri Malaysia," lanjutnya.

Sedang GPS tegas bersikap: harus dapat jatah 4 menteri. Itu sama dengan jatah GPS saat berkoalisi dengan Perikatan Nasional dan Barisan Nasional sebelum ini.

Tentu sulit bagi Anwar untuk membuat kabinet ramping. Padahal ia ingin seperti di masa awal Malaysia merdeka dulu (1957).

Waktu itu anggota kabinetnya ramping sekali: hanya 12 orang. Di pemerintahan berikutnya pun (1963) masih cukup ramping: 14 orang. Belakangan (2021) anggota kabinet itu menjadi 31 orang.

Meski harus mengakomodasikan banyak kepentingan, rasanya Anwar tidak akan seperti Rajapaksa di Sri Lanka.

Saking maunya merangkul banyak pihak, kabinet terakhir Rajapaksa terdiri dari 82 orang. Itulah kabinet terbesar di dunia, di zaman modern sekarang ini.

Itu mengingatkan kita pada masa akhir pemerintahan Bung Karno. Waktu itu Presiden Soekarno menyusun kabinet 80 orang lebih –sampai disebut sebagai "Kabinet 100 menteri".

Ketika menulis naskah ini saya harus sering berhenti: harus melihat perkembangan di Malaysia. Terutama apakah Anwar sudah mengumumkan kabinetnya.

Sampai alinea terakhir tadi pun Anwar belum tampil di TV. Maka biarlah Bung Mirza yang menuliskannya pagi ini di komentarnya: siapa jadi menteri apa. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Alvin Ukraina


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler