Kepala BIN Bantah Jemput Mantan Ketum Partai Demokrat

Minggu, 20 Oktober 2013 – 09:17 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) diserang isu tak sedap. Institusi yang bermarkas di Pejaten, Jakarta Selatan itu disebut-sebut menghalang-halangi mantan ketua umum Partai Demokrat Prof Dr Subur Budhisantoso menghadiri dialog yang diadakan ormas milik Anas Urbaningrum, Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) pada Jumat (18/10).

Kepala BIN Marciano Norman langsung mengklarifikasi isu tersebut dengan jumpa pers di kantornya, Jalan Seno Raya, Pejaten Timur, Jakarta Selatan tadi malam (19/10).  “Kami harus menjelaskan bahwa isu itu sama sekali tidak benar,” kata Marciano. Jumpa pers kepala BIN di kantor intelijen jarang terjadi karena seharusnya BIN instansi yang tertutup dari akses publik.

BACA JUGA: KY: Wajar Gaji Hakim MK Naik Sampai Rp200 Juta per Bulan

Marciano mengaku sudah berkomunikasi dengan Subur setelah mendengar isu itu. “Beliau juga terkejut dan meminta maaf karena memang tidak ada agenda pertemuan dengan saya selaku kepala BIN,” katanya.

Mantan komandan Paspampres itu menjelaskan operasional BIN berlandaskan UU No 17/2011 yang mengatur tentang intelijen negara. BIN wajib menjaga independensi atas kepentingan parpol dan kelompok tertentu. “Kami ini milik seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, bukan golongan atau parpol tertentu,” tegas Marciano.

BACA JUGA: Akui Akil Nonton F1 di Singapura

Dia mengaku sangat kecewa dengan pihak yang menyebarkan isu penculikan itu. “ Saya ulangi dan tegaskan, tidak ada kepentingan dan tidak ada agenda Prof Subur menemui kepala BIN hari itu (Jumat, 18/10), apalagi sampai dibilang menculik,” katanya. Marciano mengaku tidak rela BIN dipolitisir. “Ini akan mengikis kepercayaan publik pada BIN dan sangat merugikan institusi,” imbuhnya.

Marciano berharap pihak yang menyebarkan isu penculikan meminta maaf dan menarik ucapannya. “Kami belum tahu apa motifnya, tapi kami juga sedang mempertimbangkan langkah hukum karena ini sangat menyesatkan opini masyarakat,” katanya.

BACA JUGA: Terkena Imbas Kasus Akil, MUI Kapok Ajak Politisi

Marciano menjelaskan, dirinya perlu membuat bantahan terbuka karena jika tidak opini akan berkembang secara liar. “Nanti semua orang akan beranggapan kami melakukan kejahatan.  Karena itu, masyarakat harus tenang, BIN sudah diatur undang-undang. Kami tidak boleh melakukan penjemputan, penculikan, atau apapun yang diisukan itu,” katanya.

Saat memberi pernyataan, Marciano didampingi para deputinya. Nada bicaranya keras dan tegas serta meninggi di beberapa kalimat.  

Isu penculikan Subur itu awalnya dihembuskan melalui sosial media. Diantaranya melalui youtube dan akun twitter @Triomacan2000.
Isu penculikan oleh BIN didapat infonya dari panitia diskusi yang juga salah seorang loyalis Anas, M. Rahmad. Dalam rekaman di youtube, Rahmad menjelaskan penculikan Subur oleh BIN saat akan jadi pembicara di diskusi atas undangan PPI yang diketuai Anas pada Jumat (18/10).

Selain Subur (pendiri dan ketua umum pertama Partai Demokrat) adalah Bambang Soesatyo (anggota DPR), ada juga mantan anggota KPU 2004 Dr Chusnul Mar'iyah (dosen ilmu sosial & politik UI) juga hadir sebagai pembicara. “Pada jam 09.00 tadi, Prof Subur 'dijemput' BIN," kata Rahmad panitia dialog itu.

Rahmad lantas menelepon Subur. Saat itu, tidak diketahui apa alasan Subur dibawa staf BIN. "Kami dapat kabar dari ajudan Prof Subur, disampaikan jika panitia mau bertemu dengan Prof Subur, silakan datang langsung ke Kalibata," ujar Rahmad di youtube.

Menurut Rahmad, panitia dialog sudah mendatangi Kalibata, kantor BIN untuk membebaskan Subur. Namun, dalam rekaman youtube itu, panitia tidak diizinkan bertemu Subur. Alasannya, Subur masih ditahan sambil menunggu Kepala BIN yang sedang ke istana.

Sebenarnya, dilihat dari lokasi yang disebut Rahmad pun jelas salah. Karena kantor BIN berada di Pejaten Timur dan bukan di Kalibata.

Secara terpisah, bantahan Prof Subur Subur itu disampaikan melalui Wakil Ketua Majelis Tinggi PD Marzuki Alie. Saat dikonfirmasi, Subur sendiri lah yang merekomendasi ketua DPR itu untuk memberikan keterangan menyangkut isu tersebut.

Dari Arab Saudi, Marzuki  mengungkapkan kalau dirinya pertama kali menghubungi asisten Subur bernama Larno. Saat itu, selain menakan kabar Subur, dia juga menanyakan apakah ada kabar penting. "Kira-kira beberapa saat Pak Budi telepon, beliau bilang pasti saya menanyakan tentang berita-berita di media. Saya jawab ya!" beber Marzuki.

Menurut dia, sesuai keterangan Subur, yang bersangkutan kini sedang berada di Pontianak bersama anggota Fraksi PD Albert Yaputra. Kehadiran keduanya di sana terkait persiapan kampanye.

Menyangkut berita diculik atau dicekal BIN, kata Marzuki, yang bersangkutan mengakui kalau sebelumnya memang ada undangan dari ketua BIN. Agenda pertemuan pada 18 Oktober 2013 itu terkait LNG Aceh.  

"Tak lama beliau terima BBM (blackberry mesenger, Red) dari AU (Anas Urbaningrum, Red) tentangan undangan (menjadi pembicara diskusi), beliau tidak mengecek tanggalnya, langsung menyatakan siap hadir," ujar Marzuki. Acara diskusi bertema 'Dinasti versus Meritokrasi Politik" itu waktu pelaksanaannya bersamaan dengan undangan dari ketua BIN yang telah diterima lebih awal.    

Belakangan, kata Marzuki, Subur kemudian mendapat info bahwa mendadak ketua BIN diajak Presiden SBY ke Jogjakarta. Agenda rapat akhirnya diwakili oleh deputi. Pertemuan terlaksana pada  18 Oktober 2013 siang hari. "Beliau minta agar berita-berita itu diluruskan karena beliau tidak tahu harus bagaimana," ujar Marzuki. (rdl/dyn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Belum Berencana Panggil Anas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler