jpnn.com - JAKARTA--Aksi penyadapan yang dilakukan Directorate Signals Defense (DSD) Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat negara lainnya membuka mata Indonesia bahwa perlu ada kehati-hatian dalam penggunaan sistem saluran komunikasi saat ini.
Oleh karena itu Kepala BIN Letjen (Purn) Marciano Norman mengingatkan para pejabat negara untuk membatasi pembicaraan penting melalui saluran telepon yang berpotensi disadap.
BACA JUGA: IPW Minta Polri Evaluasi Alat Sadap Densus 88
"Kita harus berpikir kemana pun, apa pun kita selalu disadap, oleh karenanya pembatasan materi pembicaraan itu menjadi hal yang penting di dalam saluran-saluran terbuka seperti itu. Kita harus selalu beranggapan kita ada yang sadap, sehingga kita batasi pembicaraan dari saluran telepon terbuka," kata Marciano di kompleks Istana Negara, Jakarta, Rabu, (20/11).
Menurut Marciano, ada langkah lain untuk menghindari penyadapan dari pihak asing. Salah satunya dengan pengamanan pada saluran telepon pejabat negara.
BACA JUGA: Intelijen Australia Janji tak Menyadap Lagi
Ia menyatakan bisa saja pihak luar menyadap, tapi dengan pengamanan akan sulit untuk menerjemahkan isi pembicaraan telepon yang sudah diproteksi. Pengamanan itu, menurutnya, kini diperkuat.
"Mungkin saja telepon bisa disadap, tapi substansinya dari pembicaraan kita, isi pembicaraan kita belum tentu dia bisa mengerti karena itu bisa diacak. Bisa dengan sandi-sandi yang lain. Dia boleh menyadap tapi dia belum tentu bisa membuka apa yang kita bicarakan," kata Marciano. (flo/jpnn)
BACA JUGA: Soeripto Ngaku tak Kenal Sengman
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tegaskan Belum Ada Pengumuman Hasil Tes CPNS
Redaktur : Tim Redaksi