Kepala BKPM Punya Trik Khusus Tarik Investasi

Jumat, 15 Juni 2012 – 15:38 WIB
JAKARTA - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang baru dilantik, Muhammad Chatib Basri mengaku punya dua amunisi untuk menjaring investor menanamkan modalnya di Indonesia. Dua langkah Chatib itu yakni promosi dan menciptakan iklim yang kondusif di dalam negeri.

Chatib yang menggantikan Gita Wirjawan yang sudah menjabat sebagai Menteri Pedagangan ini mengatakan, Indonesia sangat beruntung karena sudah masuk peringkat layak investasi, tinggal bagaimana kini membikin Indonesia makin nyaman bagi investor. Misalnya mengatasi persoalan klasik, mulai dari waktu kesepakatan bisnis, rantai birokrasi, dan yang berkaitan dengan infrastruktur.

“Pada masa kepemimpinan Pak Gita, Indonesia sudah mulai dilirik oleh investor, kita juga punya pasar domestik yang luar biasa besar, ini daya tarik tapi selanjutnya bagaimana membuat project preparation setelah investor tertarik ke Indonesia,” kata Chatib di Jakarta kemarin.

Project preparation atau proposal proyek tersebut menurut Chatib harus bisa mengakomodasi kebutuhan investor asing yang datang ke Indonesia. Pasalnya, jangan sampai pada saat investor datang, malah bingung apa yang apa yang harus dilakukan atau mencari-cari institusi sendiri.

Selama ini, lanjut Chatib, sistem investasi di Indonesia sudah cukup baik, misalnya koordinasi antara pusat dan daerah. “Tapi masih bisa ditingkatkan lagi misalnya dengan menerapkan sistem reward and punishment bagi daerah,” ujar doktor ilmu ekonomi dari Australia National University (ANU) ini.

Ia melanjutkan, daerah yang mengembangkan iklim investasi pantas diganjar penghargaan alias reward. Begitupun sebaliknya, daerah yang kurang memberikan iklim investasi kondusif diberi punishment (hukuman).

“Saat ini sistem itu belum ada, tapi instrumen tersebut tentu bukan kewenangan saya, harus melibatkan lembaga lain seperi Kementerian Keuangan untuk kebijakan fiskal maupun Kementerian Dalam Negeri,” ungkapnya.
 
Chatib juga menilai memang hingga akhir tahun investasi masih sukar ditebak, mengingat kondisi ekonomi global yang masih labil akibat krisis ekonomi Yunani.
 
“Sekarang begini, melihat angka di triwulan satu saya kira cukup baik, itu malah salah satu yang tertinggi dalam sejarah, totalnya sekitar Rp 71,2 triliun, di mana asing sekitar Rp 51,5 triliun dan kemudian domestik Rp 19,7 triliun, kalau tidak salah. Nah, tetapi persoalannya akan bisa bertahan kuartal II, III, dan IV karena kita tahu ada soal Yunani dan kita tahu juga Amerika belum sepenuhnya pulih," paparnya.
 
Namun demikian, Indonesia berpeluang mendapat liquidity flush dari Eropa. “Logikanya bila Anda punya uang banyak apakah Anda mau investasi di Eropa saat ini? Tentu tidak, sumber pertumbuhan saat ini adalah Asia, pertumbuhan India hanya 5 persen, sementara kita 6,3 persen jadi potensi Indonesia ada, hanya bagaimana respon dari kita,” terang dia.

Chatib mengatakan, dengan pengalamannya di Kemeterian Keuangan selama lima tahun, terutama saat ia menjadi perwakilan Indonesia untuk G-20 dapat menjadi pertimbangan mengapa dia dipilih Presiden sebagai Kepala BKPM. “Saya banyak berhubungan dengan krisis global, tidak hanya untuk Indonesia,” katanya. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anggaran Minim Hambat Pengembangan Kawasan Transmigrasi

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler