jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI (Purn) Hinsa Siburian mengatakan terdapat lebih dari 1,6 miliar anomali trafik atau serangan siber pada periode Januari – Desember 2021 di seluruh Indonesia.
Dia menjelaskan bahwa terdapat dua jenis serangan siber yang patut diwaspadai, yakni yang bersifat teknis dan sosial.
BACA JUGA: BSSN Apresiasi Dukungan Telin Dalam Menjaga Keamanan Ruang Siber
"Serangan siber secara teknis sasarannya adalah perangkat lunak atau sofwere dan yang berdampak pada perangkat keras atau hardwere," ujar Hinsa di Kantor BSSN di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Senin (7/3).
Dia menjelaskan serangan siber yang bersifat sosial menargetkat manusia yang berinteraksi di ruang siber.
BACA JUGA: Tim Siber Uni Eropa Versus Peretas Rusia di Ukraina, Bakal Sengit
"Serangan ini untuk memengaruhi cara pikir, sistem kepercayaan dan perilaku agar sesuai dengan tujuan si penyerang," tutur Hinsa Siburian.
Dia menjelaskan dalam upaya mencegah serangan itu, BSSN melakukan pemasangan sensor honeynet dan analisis malware, optimalisasi cakupan monitoring NSOC, pembentukan tim respons insiden keamanan siber (CSIRT).
BACA JUGA: Bamsoet Minta BSSN Harus Maksimal Meningkatkan Keamanan Siber Nasional
Selain itu, lanjut dia, ada juga pelaksanaan Information Technology Security Assessment (ITSA) dan penguatan sistem elektronik melalui penerapan kriptografi.
Hinsa mengimbau kepada seluruh masyarakat agar mengoperasikan sistem elektronik sesuai amanat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.
"Kepada seluruh penyelenggara sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab," pungkas Hinsa. (mcr18/jpnn)
Redaktur : Boy
Reporter : Mercurius Thomos Mone