jpnn.com, JAKARTA - Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc membeber sejumlah persoalan yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan roket.
Menurutnya, pengembangan teknologi roket di Indonesia berjalan lamban.
BACA JUGA: Jadi Keynote Speaker Webinar LAPAN, Rektor Unhan Bicara soal Roket untuk Pertahanan
Berbicara pada pembukaan Webinar Teknologi Roket hasil kerja sama LAPAN dengan Universitas Pertahanan (Unhan), Selasa (22/9), Thomas mengatakan, Presiden Pertama RI Bung Karno pernah menyatakan bahwa Indonesia harus menguasai dua ranah teknologi, yakni nuklir dan antariksa.
Oleh karena itu Bung Karno pada 1963 membentuk Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan LAPAN. “LAPAN mendapatkan tugas pengembangan teknologi antariksa dan roket menjadi salah satunya,” ujar Thomas dalam webinar yang menampilkan Rektor Unhan Laksdya Amarulla Octavian sebagai pembicara kunci itu.
BACA JUGA: Thomas Djamaluddin, Kepala Lapan Bergelar Spesialis Rukyat Ramadan
Namun, kata Thomas, perkembangannya memang lambat sekali. Menurutnya, tidak ada satu negara pun yang mau mentransfer teknologinya tentang roket.
Sebagai contoh, perguruan tinggi di luar negeri pun tidak mau mengajarkan sistem roket secara utuh. “Harus bagian per bagian,” katanya.
BACA JUGA: Roket Lapan Jatuh di Pemukiman Warga
Oleh karena itu LAPAN melakukan berbagai riset tentang roket secara mandiri. Riset itu mencakup propulsi, pilihan propelan, serta sistem kendali.
“Ini menjadi satu tantangan,” katanya.
Peraih gelar doktor astronomi dari Kyoto University itu menambahkan, LAPAN tengah menyiapkan bandar antariksa di Biak beserta teknologi roketnya. Hanya saja, masih ada ketergantungan pada pemasok di luar negeri.
Sebagai contohnya ialah pengadaan propelan. “Ada ketergantungan pada pihak luar terutama pada propelan,” tegasnya.
Sementara dari segi struktur, persoalannya pada tabung roket berukuran besar. Sebab, Indonesia belum bisa menyediakan sendiri.
Adapun persoalan lainnya ialah pada pengembangan sistem kendali. “Tentu para peneliti para perekayasa bersama mitra terus memperbaiki supaya kendali roket yang kita kembangkan makin baik,” katanya.
Thomas menegaskan, untuk mengembangkan roket sebagai industri strategis juga membutuhkan kemitraan nasional. Oleh karena itu Thomas mengharapkan Unhan dan perguruan tinggi lainnya bersinergi dengan LAPAN dalam membuat roket.
“Harapan kami Unhan memberikan kontribusi besar pada capaian-capaian pengembangan roket ini lebih cepat lagi,” katanya.(ara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Antoni