NONGSA - Sekitar 14 Siswi SMPN 28 Batam mengaku dicabuli dan digerayangi Kepala Sekolah (Kepsek), Herizon. Di antara korban merupakan juara kelas hingga anak sekretaris komite sekolah. Akibat perbuatannya itu, pelaku dilaporkan ke Mapolresta Barelang untuk diproses secara hukum.
Penasehat Komite SMPN 28, Amril mengatakan kasus asusila itu dilakukan oknum Kepsek sekitar satu bulan yang lalu. Guru bejat ini mencari informasi tentang kesalahan murid yang akan dicabulinya.Setelah diketahui, siswi dipanggil satu persatu ke ruangannya bergantian."Dengan alasan nilai hancur, sering pacaran, celana pendek, hingga permasalahan lainnya," ungkapnya.
Sesudah terpojok siswi kemudian ditanya sering keluar malam atau pernah berpacaran selama bersekolah di SMPN 28. Hingga keperawanan anak didiknya itu ditanya pelaku sambil menggerayangi tubuhnya.
Ketika dijawab masih perawan roknya kemudian dibuka untuk memastikan kebenaran keterangan muridnya itu. Siswi yang mengaku tidak perawan diajak pelaku kedalam mobil kemudian dibawa ke semak-semak.
Korban tidak bisa berbuat banyak, apalagi berani bercerita kepada orangtuanya, karena mereka takut terhadap gurunya itu. "Mungkin diancam," lanjutnya.
Kejadi an ini terungkap ketika salah satu korban menceritakan apa yang sudah dialaminya kepada salah seorang temannya. "Dua hari yang lalu, temannya itu kemudian menceritakan kepada orangtua korban.
Tidak terima anaknya dicabuli, ibu korban yang kebetulan sekretaris komite sekolah meminta rekannya di komite melakukan tindakan terkait permasalahan itu. Untuk mencari kebenaran, akhirnya pihak Komite Sekolah melalui salah satu orang tua siswa menanyakan hal tersebut langsung kepada anaknya.
"Kebetulan salah satu anggota Komite Sekolah, anaknya juga jadi korban. Jadi beliau ini yang mengungkap semuanya. Sementara, beberapa orang tua siswa yang lain belum tau kalau anaknya mengalami hal ini," kata Amril lagi.
Minggu malam dikumpulkan warga, komite sekolah, dan korban di rumah Ketua RW. "Hasilnya kita menolak Kepsek di lingkungan kita,"lanjutnya. Senin pagi, ibu korban berkumpul kembali di rumah RW 24 Perumahan Taman Raya Tahap IV.
Hingga siang hari, korban terus bertambah hingga 14 orang. Wrga yang geram kemudian mendatangi sekolah, untungnya pelaku tidak berada ditempat."Kalau ada sudah habis dihajar warga,"lanjutnya.
Peristiw a itu terdengar Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin yang kemudian mendatangi sekolah dan berdiskusi dengan warga dan korban. Namun Muslim Bidin menyangkal terjadi pencabulan di sekolah SMPN 28."Tidak benar, hanya kabar burung saja. Makanya kita konfirmasi, takutnya salah kasian anak isterinya," ungkapnya lagi.
Peristiwa ini menjadi perhatian Anggota DPRD Provinsi Kepri seperti Hendriyanto dan anggota DPRD Kota Batam, Mesrawati dan Udin P Sihaloho, KPPAD Kepri, Eri Syahrial datang ke lokasi kejadian untuk mendengar langsung kejadian itu dari korban.
Eri Syahrial mengatakan dari 14, sekitar delapan orang mengaku telah dicabuli, sisanya hanya dipanggil dan digerayangi saja. Dalam kasius ini, pihak KPPAD akan melakukan pendampingan hukum terhadap korban."Kita akan lakukan pendapingan hukum dan konseling, mengingat korban terlihat rauma akibat kejadian ini," lanjutnya.
Udin P Sihaloho menyayangkan peristiwa itu terjadi, hal ini membuktikan bobroknya birokasi pendidikan di Batam. "Mulai dari tahap peneriman hingga tahap ujian selalu terjadi permasalahan di Disdik,"ungkapnya.
Untuk itu dirinya meminta adanya perbaikan sistem perekrutan guru, maupun penempatan kepala sekolah yang harus melewati beberpa mekanisme."Bukan main tunjuk,"ungkapnya.
Sementa ra itu, murid lainnya mengaku tidak percaya dengan peristiwa tersebut, karena Herizon dikenal sebgai orang yang baik dan tegas."Bapak orangnya baik kok, kaget sedih dan tidak percaya mendengar kejadian ini,"ujar Meri yang mengaku pernah dipanggil ke ruangan Kepsek.
Sekitar pukul 12.00 wib, Unit PPA Polresta Barelang mendatangi lokasi untuk menemui para korban. Anggota unit PPA yang dikepalai oleh Aiptu Pudji Astuti terlihat langsung menuju ke rumah ketua RW setempat untuk menemui para korban dan membawanya ke Mapolresta Barelang.(hgt)
Penasehat Komite SMPN 28, Amril mengatakan kasus asusila itu dilakukan oknum Kepsek sekitar satu bulan yang lalu. Guru bejat ini mencari informasi tentang kesalahan murid yang akan dicabulinya.Setelah diketahui, siswi dipanggil satu persatu ke ruangannya bergantian."Dengan alasan nilai hancur, sering pacaran, celana pendek, hingga permasalahan lainnya," ungkapnya.
Sesudah terpojok siswi kemudian ditanya sering keluar malam atau pernah berpacaran selama bersekolah di SMPN 28. Hingga keperawanan anak didiknya itu ditanya pelaku sambil menggerayangi tubuhnya.
Ketika dijawab masih perawan roknya kemudian dibuka untuk memastikan kebenaran keterangan muridnya itu. Siswi yang mengaku tidak perawan diajak pelaku kedalam mobil kemudian dibawa ke semak-semak.
Korban tidak bisa berbuat banyak, apalagi berani bercerita kepada orangtuanya, karena mereka takut terhadap gurunya itu. "Mungkin diancam," lanjutnya.
Kejadi an ini terungkap ketika salah satu korban menceritakan apa yang sudah dialaminya kepada salah seorang temannya. "Dua hari yang lalu, temannya itu kemudian menceritakan kepada orangtua korban.
Tidak terima anaknya dicabuli, ibu korban yang kebetulan sekretaris komite sekolah meminta rekannya di komite melakukan tindakan terkait permasalahan itu. Untuk mencari kebenaran, akhirnya pihak Komite Sekolah melalui salah satu orang tua siswa menanyakan hal tersebut langsung kepada anaknya.
"Kebetulan salah satu anggota Komite Sekolah, anaknya juga jadi korban. Jadi beliau ini yang mengungkap semuanya. Sementara, beberapa orang tua siswa yang lain belum tau kalau anaknya mengalami hal ini," kata Amril lagi.
Minggu malam dikumpulkan warga, komite sekolah, dan korban di rumah Ketua RW. "Hasilnya kita menolak Kepsek di lingkungan kita,"lanjutnya. Senin pagi, ibu korban berkumpul kembali di rumah RW 24 Perumahan Taman Raya Tahap IV.
Hingga siang hari, korban terus bertambah hingga 14 orang. Wrga yang geram kemudian mendatangi sekolah, untungnya pelaku tidak berada ditempat."Kalau ada sudah habis dihajar warga,"lanjutnya.
Peristiw a itu terdengar Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam, Muslim Bidin yang kemudian mendatangi sekolah dan berdiskusi dengan warga dan korban. Namun Muslim Bidin menyangkal terjadi pencabulan di sekolah SMPN 28."Tidak benar, hanya kabar burung saja. Makanya kita konfirmasi, takutnya salah kasian anak isterinya," ungkapnya lagi.
Peristiwa ini menjadi perhatian Anggota DPRD Provinsi Kepri seperti Hendriyanto dan anggota DPRD Kota Batam, Mesrawati dan Udin P Sihaloho, KPPAD Kepri, Eri Syahrial datang ke lokasi kejadian untuk mendengar langsung kejadian itu dari korban.
Eri Syahrial mengatakan dari 14, sekitar delapan orang mengaku telah dicabuli, sisanya hanya dipanggil dan digerayangi saja. Dalam kasius ini, pihak KPPAD akan melakukan pendampingan hukum terhadap korban."Kita akan lakukan pendapingan hukum dan konseling, mengingat korban terlihat rauma akibat kejadian ini," lanjutnya.
Udin P Sihaloho menyayangkan peristiwa itu terjadi, hal ini membuktikan bobroknya birokasi pendidikan di Batam. "Mulai dari tahap peneriman hingga tahap ujian selalu terjadi permasalahan di Disdik,"ungkapnya.
Untuk itu dirinya meminta adanya perbaikan sistem perekrutan guru, maupun penempatan kepala sekolah yang harus melewati beberpa mekanisme."Bukan main tunjuk,"ungkapnya.
Sementa ra itu, murid lainnya mengaku tidak percaya dengan peristiwa tersebut, karena Herizon dikenal sebgai orang yang baik dan tegas."Bapak orangnya baik kok, kaget sedih dan tidak percaya mendengar kejadian ini,"ujar Meri yang mengaku pernah dipanggil ke ruangan Kepsek.
Sekitar pukul 12.00 wib, Unit PPA Polresta Barelang mendatangi lokasi untuk menemui para korban. Anggota unit PPA yang dikepalai oleh Aiptu Pudji Astuti terlihat langsung menuju ke rumah ketua RW setempat untuk menemui para korban dan membawanya ke Mapolresta Barelang.(hgt)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perampokan Nasabah Bank Digagalkan
Redaktur : Tim Redaksi