Kepemimpinan Berintegritas Harus Dimulai dari Keluarga

Selasa, 11 Mei 2021 – 07:25 WIB
Yayasan Bhumiksara menghadirkan para narasumber pada Seminar Nasional Dies Natalis ke-33 dan Reuni Nasional Bhumiksara yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (17/4/2021). Seminar membahas soal kepemimpinan berintegritas. Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Dunia tengah berubah, namun yang tidak boleh berubah adalah integritas yang harus dimiliki setiap pemimpin.

Kemimpinan berintegritas harus dimulai sejak dini di keluarga masing-masing. Yayasan Bhumiksara sebagai organisasi yang menghasilkan kader bangsa merasa perlu merefleksikan kepemimpinan beritegritas dalam menyongsong tatanan masyarakat baru.

BACA JUGA: Sofyan Djalil Beri Tips Kepemimpinan untuk Para Anggota Sespimmen Polri

Hal tersebut menjadi salah satu hasil Seminar Nasional Dies Natalis ke-33 dan Reuni Nasional Bhumiksara yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (17/4/2021).

Seminar Nasional ini menghadirkan tiga narasumber yakni Agustinus Prasetyantoko PhD, Yanuar Nugroho PhD, dan Prof. Rhenald Kasali PhD.

BACA JUGA: Soal Isu IPO Subholding Pertamina, Rhenald Kasali: Terlalu Dibesar-besarkan

Yanuar Nugroho menyampaikan agar terus berintegritas, seorang pemimpin harus memiliki prinsip dasar bahwa hidup ini untuk memuji, menghormati dan mengabdi kepada Tuhan.

Di tengah konteks global makin urban dan adanya revolusi 4.0, pemimpin dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil.

BACA JUGA: Respons Christina Aryani Terhadap 5 Kesepakatan Pemimpin ASEAN, Pakai Frasa ‘Harapan Baru Bagi Myanmar

Untuk itu, kata dia, seorang pemimpin yang berintegritas harus memiliki semangat keterlibatan, khususnya dalam aspek kesetaraan dan keadilan di masyarakat.

“Dalam kepemimpinan berintegritas, penting memiliki pembimbing rohani dan teman yang menjadi pengontrol dan memberikan kritik,” ujar Deputi Kepala Staf Kepresidenan periode 2015-2019 ini.

Senada dengan Yanuar Nugroho, Agustinus Prasetyantoko menekankan dunia pasca pandemi akan berubah dan tidak akan kembali ke situasi pra-pandemi. 

Menurut dia, pemimpin perlu memiliki keberanian untuk melihat fakta bahwa dunia yang berubah dan seberapa pun menyakitkan.

“Dalam dunia yang berubah, aspek-aspek terkait teknologi tidak bisa dihindari, skill pemimpin harus terus di-upgrde,” ujar Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya ini.

Dia menekankan yang lebih mendasar dari dunia pasca pandemi adalah berbagai problematika yang muncul yaitu dunia yang makin brutal, sehingga seorang pemimpin perlu memiliki pegangan.

Agustinus menyampaikan dua dokumen yang dikeluarkan Paus Fransiskus dapat menjadi pegangan untuk menjadi pemimpin berintegritas. Dua dokumen tersebut, yaitu Laudato si' (Puji Bagi-Mu) ensiklik kedua dan Fratelli tutti (Saudara Sekalian) ensiklik ketiga Paus Fransiskus.

Menurutnya, dengan dokumen tersebut, manusia diharapkan dapat lebih hormat pada bumi dan pada sesama.

Rhenald Kasali menyebutkan integritas basisnya adalah rumah tangga dan harus diajarkan sejak usia dini.

Dunia tengah berubah dan menghadapi situasi sulit. Untuk itu, integritas menjadi karakter dasar yang harus dimiliki sejak kecil dan menjadi sikap hidup sampai dewasa.

Menurut dia, integritas menjadi bekal ditengah banyaknya informasi yang muncul dan cukup menganggu.

“Manusia tengah mengalami disinformasi karena kelebihan informasi dan kesulitan memvalidasi, kesulitan membedakan mana yang benar dan tidak benar. Integritas yang dimiliki sejak dini diperlukan sebagai bekal di masa depan,” ujar Rhenald.

Ketua Panitia Dies Natalis ke-33 dan Reuni Nasional Bhumiksara Paulus Januar mengapresiasi seluruh narasumber yang hadir.

Paulus berharap melalui seminar ini Yayasan Bhumiksara ingin memperkuat jaringan dengan seluruh kader dari berbagai lapisan generasi dan profesi di seluruh Indonesia.

“Sebagai sebuah Gerakan kepemimpinan berintegritas, hasil seminar ini tentu akan berdampak besar jika dilakukan secara bersama-sama,” ujar Paulus.

Sebelumnya, Ketua Pengurus Yayasan Bhumiksara Ery Seda saat membuka seminar ini menyampaikan seminar ini dapat menjadi refleksi Yayasan Bhumiksara yang telah berusia ke-33.

Ery Seda berharap seminar ini dapat memperkuat upaya Bhumiksara dalam mewujudkan pemimpin yang memiliki nilai berintegritas, melayani, unggul, berbelarasa, dan inklusif.

“Keluarga besar Bhumiksara merasa penting untuk mendiskusikan bagaimana kepemimpinan beritegritas dapat diwujudkan oleh masing-masing pribadi,” ucap Ery.(fri/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler