jpnn.com, JAKARTA - Peran kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran menjadi kunci penting dalam memajukan sekolah di era Merdeka Belajar.
Sebagai pemimpin pembelajaran, kepala sekolah yang harus memastikan semua guru mendapat dan menerapkan hasil pelatihan.
BACA JUGA: Memajukan Anak Indonesia, Tanoto Foundation Menghibahkan Rp 28 Miliar pada UNICEF
Termasuk menyediakan kebutuhan pembelajaran aktif dan budaya baca, serta menciptakan keterbukaan, dan pelibatan masyarakat dalam peningkatan kualitas sekolah.
Hal ini disampaikan Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, M Ari Widowati, dalam siaran persnya yang menunjukkan diterbitkannya Buku Praktik Baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah dan Madrasah.
BACA JUGA: 150 Pelajar Raih Beasiswa di Program Teladan 2020, Tanoto Scholars
Buku yang ditulis oleh para jurnalis nasional tersebut diterbitkan Tanoto Foundation yang bekerja sama dengan Kemendikbud dan Kemenag, Selasa (17/03).
Menurut Ari, isi buku ini memperlihatkan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Anies Baswedan Kena Lagi hingga Positif Corona Setelah Tablig
Kunci Perubahan Pembelajaran
Sebelumnya pada tahun 2018, Tanoto Foundation melakukan pendataan awal yang dilakukan pada 28% sampel sekolah dan madrasah mitra Program PINTAR.
”Datanya hanya 32% kepala sekolah yang menerapkan kepemimpinan pembelajaran. Hal itu berdampak pada rendahnya implementasi pembelajaran aktif yang hanya dilaksanakan 22% guru,” kata Makinuddin Samin, Spesialis Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Tanoto Foundation.
Sekolah juga menjadi kurang mendorong dilaksanakannya budaya baca, masyarakat tidak terlibat aktif dalam program sekolah, dan kurangnya transparansi keuangan yang membuat rendahnya kepercayaan masyarakat pada sekolah.
Untuk mendukung perubahan di sekolah dan madrasah, Tanoto Foundation melatih dan mendampingi para kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan pengawas dari 440 sekolah dan madrasah.
Pelatihan dan pendampingan ini mendorong penerapan kepemimpinan pembelajaran dalam bingkai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
Mereka juga dilatih untuk konsisten menerapkan pembelajaran aktif dengan unsur Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi (MIKiR) dan mengembangkan program budaya baca.
Hasilnya, dari Aplikasi Pemantauan Sekolah (APS) diperoleh data 81,4% kepala sekolah dan madrasah telah menerapkan kepemimpinan pembelajaran, meningkat dari sebelumnya hanya 32%.
”Pembelajaran aktif yang sebelumnya hanya terjadi pada 22% sekolah, kini meningkat menjadi 63% sekolah telah menerapkannya. Siswa difasilitasi untuk lebih banyak melakukan kegiatan percobaan, pengamatan, mempresentasikan hasil karya, serta melakukan refleksi untuk perbaikan belajar. Model pebelajaran ini yang diharapkan Mas Menteri; di mana siswa didorong lebih aktif mengalami, melakukan, mengamati, dan menemukan,” kata Makin menambahkan.
Disebarkan melalui Buku
Ada 13 kepala sekolah yang diulas dalam buku terkait pengalaman melakukan perubahan pembelajaran.
Seperti yang dilakukan oleh Robingah, Kepala SDN 2 Kalilumpang, Kendal, Jawa Tengah. Walaupun sekolahnya berada di pelosok perkebunan karet dan tidak memiliki perpustakaan, dia berhasil membuat para siswanya punya kebiasaan membaca. Dalam seminggu siswanya sudah terbiasa membaca 2-4 buku bacaan.
Beberapa inisiatif yang dia lakukan diantaranya melibatkan orangtua membelikan buku bacaan yang disukai anak-anaknya untuk menutupi kekurangan buku bacaan di sekolah.
Pojok baca juga dibuat di masing-masing ruang kelas untuk mendekatkan buku dengan anak.
Sekolah menyediakan klinik baca untuk siswa yang belum lancar membaca, sampai memastikan semua guru mendapat pelatihan pembelajaran dan budaya baca, serta mendampingi penerapannya di kelas.
“Kami juga membuat parenting literasi di mana orang tua wajib mendampingi anaknya membaca buku di rumah. Jadi antara program pendidikan di sekolah dan di rumah berjalan saling menguatkan,” kata Robingah yang berhasil menjadi kepala sekolah kedua terbaik sekabupaten Kendal atas inisiatifnya tersebut.
Sementara Gunanto, Kepala MINU Balikpapan berhasil membawa madrasahnya menjadi madrasah favorit di Kota Balikpapan.
Pada penerimaan siswa baru 2019, dari kuota tiga kelas yang diterima, tiga kelas pendaftar lainnya terpaksa di tolak. Padahal dua tahun sebelumnya, semuan pendaftar pasti diterima. Itupun hanya satu kelas.
“Prioritas yang saya lakukan adalah mengelola madrasah secara transparan dan partisipatif. Terutama untuk meyakinkan guru, orangtua, dan masyarakat agar ikut terlibat menyukseskan program madrasah. Ketika kepercayaan sudah didapat, madrasah mau melakukan perubahan apapun menjadi lebih mudah. Bahkan orangtua mau ikut membantu perbaikan gedung madrasah dan menyediakan kebutuhan pembelajaran dan budaya baca di kelas,” kata Gunanto yang diganjar menjadi kepala madrasah terbaik 2019 oleh Kemenag Kota Balikpapan itu.
Perlu Disebarluaskan
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, mengapresiasi dukungan Tanoto Foundation yang melalui Program PINTAR telah melatih dan mendampingi para kepala sekolah, guru, dan komite sekolah untuk bersinergi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dukungan ini sangat membantu pemerintah dalam mempercepat peningkatan kualitas pendidikan di tanah air.
“Saya merekomendasikan buku Praktik Baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah ini menjadi referensi bagi para kepala sekolah dalam mendorong terciptanya lebih banyak guru-guru penggerak, lebih besarnya partisipasi masyarakat, dan akhirnya lebih memampukan sekolah untuk siswa belajar lebih baik,” kata Supriano, Dirjen GTK Kemendikbud dalam pengantar buku.
Buku praktik baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah ini dapat diunduh secara bebas melalui link: https://bit.ly/KepemimpinanPembelajaran. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia