Kepriben Kiye, Masih Banyak Warga Brebes BAB Sembarangan

Minggu, 25 September 2016 – 20:30 WIB
Ilustrasi: Radar Tegal/JPG

jpnn.com - BREBES - Ribuan warga di Kabupaten Brebes ternyata masih belum memiliki jamban sehat dan permanen. Bahkan Brebes menjadi daerah di peringkat bawah dalam hal jamban sehat permanen (JSP) dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah.

Kepala Seksi (Kasi) Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Brebes, Muthar mengatakan, saat ini baru 65,06 persen masyarakat yang sudah memiliki JSP. Daerah lain di Jateng yang masih rendah dalam kepemilikan JSP adalah Banyumas (62,32, persen), Wonosobo (50,09 persen) dan Banjarnegar (45,75 persen).

BACA JUGA: Aksi Forbali Diprotes Mahasiswa Unud

"Jumlah yang saat ini bisa terus berubah setiap harinya. Tim kesehatan lingkungan di tiap puskesmas yang ada di kecamatan terus mendata masyarakat yang memiliki JSP," katanya seperti diberitakan Radar Tegal (Jawa Pos Group), Sabtu (24/9).

Meski demikian, dari 297 desa yang ada di Kabupaten Brebes, ada 14 desa yang masyarakatnya sudah buang air besar (BAB) pada tempatnya. Ke-14 desa itu adalah Limbangan Kulon, Limbangan Wetan, Bulakparen, Kalialang, Babakan, Cipetung, Windusakti, Gunung Jaya, Winduasri, Cipar, Wanareja, Batursari, Kubangputat dan Desa Mundu.

BACA JUGA: Duh, di Gunungkidul Masih Banyak Orang Gila Dipasung

Hanya saja, sambung Muthar, belum semua warga di 14 desa itu yang memiliki JSP. "Meski sudah BAB pada tempatnya, namun untuk JSP-nya sendiri masih belum seratus persen memilikinya," lanjutnya.

Dia menambahkan, dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, Kecamatan Larangan menjadi merupakan wilayah yang masyarakatnya paling banyak buang air besar sembarangan (BABS). Masih ada 20.337 atau 47,93 persen warga Larangan yang BABS.

BACA JUGA: Hiii! Warga Temukan Tubuh Pria Terpotong-potong di Rel Kereta Api

"Sementara kecamatan paling sedikit warganya yang BABS ada di Kecamatan Brebes dengan presentasi 15,68 persen," ungkapnya.

Menurut Muthar, ada sejumlah faktor penyebab masyarakat Brebes masih BABS. Di antaranya faktor ekonomi dan budaya.

Meski begitu, faktor budaya perlahan-lahan sudah mulai berkurang.  Dia mencontohkan BABS dikarenakan faktor budaya seperti di Kecamatan Bumiayu. Meski sudah memiliki JSP, namun masyarakat di Bumiayu masih menyalurkan kotoran ke aliran sungai.

Karenanya, kata dia, masyarakan Bumiayu pun tergolong BABS. "Yang lebih parah, masyarakat BABS di wilayah Bumiayu banyak orang yang memiliki gelar. Karena itu, faktor budaya masih banyak menjadi kendala," kata dia.(ded/har/zul/jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Siap Bantu Buru Pelaku Penyerangan Truk TNI di Papua


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler