jpnn.com - JAKARTA - Usaha PSSI untuk melakukan penyatuan, membangun sinergitas antara seluruh pemangku sepak bola di Indonesia, dipastikan tak tercapai.
Usaha untuk melupakan permasalahan masa lalu dan memutihkan orang atau klub yang disanksi, dipastikan tak terjadi.
BACA JUGA: Massa Bonek Berhasil Menerobos Barikade Polisi
Penyebabnya, pascaputusan Kongres 3 Agustus yang menyetujui pemutihan sanksi terhadap perseorangan atau klub yang disanksi oleh PSSI, ternyata dianulir di kongres.
"Keputusan untuk agenda ketujuh, tidak diterima dan kita hapus," kata pelaksana ketua umum PSSI Hinca Pandjaitan, yang memimpin sidang, dalam Kongres PSSI di Ancol, Jakarta Utara, Kamis (10/11).
BACA JUGA: Ribuan Spartaners Mancanegara Bakal Ramaikan Pulau Bintan
Dalam agenda ketujuh kongres, dibahas mengenai pengesahan pemutihan sanksi terhadap orang-orang yang disanksi oleh PSSI pada medio 2013-2016.
Keputusan yang seharusnya tinggal disahkan di kongres, ternyata dikembalikan dan dimintakan suara persetujuan kepada voter.
BACA JUGA: Kongres PSSI Dibuka Tanpa Kehadiran Menpora
Hasilnya, 84 suara tidak setuju, 14 setuju, dan 7 abstain terkait keputusan pemutihan sanksi ini.
Kondisi itu membuat Sabarudin Labamba naik pitam. Ketua Asprov Sulawesi Tenggara tersebut menilai sudah ada pengingkaran kesepakatan.
"Bagaimana bisa. Kemudian ada konsekuensi, orang-orang yang tersanksi datang kemudian diminta keluar. Ini Djohar Arifin, mantan Ketua Umum, tapi kenapa diusir?," ungkapnya. (dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Temukan Formula Jitu untuk Tumbangkan Persipura Kedua Kalinya
Redaktur : Tim Redaksi