jpnn.com, CIREBON - Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, menggelar ritual pencucian piring-piring pusaka peninggalan Wali Songo atau siraman panjang. Nantinya piring-piring itu digunakan untuk peringatan Maulid Nabi Muhammad.
"Piring-piring yang dicuci ini nantinya digunakan untuk peringatan Maulid Nabi atau panjang jimat," kata Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat, Senin (4/11).
BACA JUGA: Tawurji, Tradisi Sedekah Keluarga Keraton Kanoman Cirebon untuk Masyarakat Miskin
Arief mengatakan, ritual siraman panjang merupakan tradisi tahunan yang dilakukan setiap tanggal 5 Rabiul Awal menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad, atau perayaan Mualid Nabi pada Sabtu (9/10) besok.
Pada tahun ini ada yang berbeda saat prosesi ritual siraman panjang atau pencucian piring Wali Songo. Di mana keseluruhan piring Wali Songo semua dicuci.
BACA JUGA: Cirebon Siap Terima 10.000 Tamu Keraton Nusantara
"Di tahun ini sembilan piring itu dicuci, pada tahun kemarin hanya tujuh piring tabsi (besar) saja," kata Arief.
Dia menambahkan, prosesi ritual siraman panjang merupakan bentuk merefleksikan kondisi yang suci saat merayakan Maulid.
"Karena setiap orang yang ingin beribadah dan melaksanakan sesuatu itu harus bersuci terlebih dahulu. Begitu juga peringatan Maulid Nabi, kita harus bersuci dahulu," katanya.
Pencucian piring pusaka dilakukan di ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan Cirebon, di mana sebelum dicuci, keluarga keraton dan abdi dalem melantunkan selawat dan membaca doa.
Kemudian, piring pusaka, seperti sembilan piring besar, 40 piring kecil, dua guci dan dua gelas dicuci. Usai ritual siraman panjang, masyarakat dari berbagai daerah yang menyaksikan ritual tersebut langsung menyerbu air, yang digunakan untuk mencuci piring pusaka. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti