jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk mendorong peningkatan pemahaman digital kehumasan di 18 wilayah dan kantor cabang khusus serta perusahaan anak BRI dalam membaca dan memprediksi potensi krisis serta kesiapan menghadapi krisis berdasarkan pola atau tren yang berkembang.
Direktur Kepatuhan BRI A Solichin Lutfiyanto mengingatkan fungsi humas tidak sekadar relasi atau membagi informasi perusahaan, namun Humas juga berfungsi membuat agenda setting dan menggiring opini publik untuk mengangkat cerita sebuah lembaga.
BACA JUGA: Bos BRI Berbagi Resep Agar Bisnis Perbankan Tahan Banting, Begini
“Jangan menari di atas tabuhan gendang orang lain. Artinya, humas harus mampu mengangkat citra lembaga atau organisasi dengan memproduksi informasi sendiri,” kata Solichin dalam training kehumasan 2.0 secara daring bertema The Power Of Social Media di Jakarta, Rabu (8/9).
Berdasarkan data Hootsuite ‘Digital 2021: The Latest Insights Inti The State of Digital”, rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam 14 menit sehari untuk mengakses media sosial.
BACA JUGA: Bos BRI Meramal Pemulihan Ekonomi Indonesia, Begini
Total pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta atau setara dengan 61,8 persen dari total populasi Indonesia.
Eksistensi media sosial juga mempercepat arus penyebaran informasi, bahkan sering kali viralitas di media sosial dijadikan sebagai sumber pemberitaan di media-media pers. Bahayanya, konten viral di sosial media memiliki kecenderungan sentiment negatif.
Solichin menekankan transformasi kehumasan ke era digital. Jaringan komunikasi yang kian luas memungkinkan bagi humas untuk memanfaatkan para inluencer dalam membangun citra organisasi atau lembaga.
“Para influencer ini umumnya memiliki banyak pengikut yang menjadi sasaran atau target informasi, serta bisa mempengaruhi opini publik,” ujar Solichin.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut menyampaikan humas juga harus memiliki wawasan tentang bahasa yang digunakan untuk memberi informasi.
Menurut dia, bahasa yang tidak kaku dan cenderung dekat ke masyarakat bisa memudahkan penyampaian pesan karena banyak berita sekarang yang melabrak bahasa jurnalistik lama dan tidak ada pakem, sehingga humas juga bisa mengikuti perkembangan Bahasa tersebut.
“Tidak hanya menulis tetapi humas juga memiliki kemampuan memotret, membuat video dan infografis sebagai tuntutan komunikasi zaman sekarang,” ujar Wenseslaus Manggut.
Wenseslaus juga mengatakan humas zaman sekarang harus memiliki kompetensi teknologi dan kaidah jurnalistik.
Dia menekankan pentingnya humas memiliki personalia konten, target pemirza, dan bahasa media sosial.
Selain itu, humas juga mesti berintegritas dan tidak terjebak menyebarkan berita hoaks serta tidak berafiliasi dengan kelompok manapun di luar lembaga.
“Humas juga harus berkolaborasi dengan influencer dan media, sebab tidak akan mampu menjangkau masyarakat dengan menampilkan informasi di situs internal,” kata Wenseslaus Manggut.
Pelatihan kali ini juga menghadirkan sejumlah narasumber yakni Direktur Jaringan dan Layanan BRI Arga M Nugraha, Corporate Secretary BRI sekaligus Ketua Umum Forum Humas BUMN Aestika Oryza Gunarto, dan Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho.
Arga mengimbau para pekerja untuk paham bahwa sosial media bukanlah diari kehidupan pribadi.
Sementara itu, Aestika Oryza Gunarto selaku Corporate Secretary BRI sekaligus Ketua Umum Forum Humas BUMN juga memaparkan potensi-potensi krisis yang datang dari media sosial.
“Semua pegawai BRI berfungsi sebagai humas bagi perusahaannya, dalam hal ini BRI, baik dalam peran promosi, informasi, dan pencegahan krisis yang terjadi. Ini menjadi tanggung jawab bersama bagi semua Insan BRILian,” kata Aestika.
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho juga menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi krisis lembaga akibat hoaks.
Enda Nasution yang juga akrab disapa sebagai Bapak Blogger Indonesia memaparkan strategi komunikasi digital yang harus dilakukan oleh perusahaan.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich