jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berupaya agar Industri Kecil Menengah (IKM) mampu berkontribusi memperkuat ketahanan pangan di tengah tantangan global.
Salah satunya, mendorong para pelaku IKM untuk berinovasi menghasilkan produk-produk pangan alternatif penghasil karbohidrat baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
BACA JUGA: Kemenperin: Gernas BBI Wujud Kolaborasi Bangkitkan IKM Pascapandemi
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Dirjen IKMA) Kemenperin Reni Yanita mengatakan singkong atau ubi kayu merupakan pangan lokal alternatif penghasil karbohidrat selain beras dan jagung.
"Dengan perkembangan teknologi saat ini, singkong dapat dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan pakan,” ujar Reni, Minggu (25/9).
BACA JUGA: Kementan-Kemenperin Terus Kembangkan IKM Hilirisasi Pangan
Menurutnya, selama ini ekspor singkong beku dari Indonesia cukup menggembirakan.
Berdasarkan data trademap yang dirilis 2021 menyebut, sepanjang 2020 Indonesia telah mengekspor singkong beku (HS 071410) sebanyak 16.529 ton dengan nilai USD 9,7 juta.
BACA JUGA: Kemenperin Boyong 28 IKM Lampung Tampil di Ajang Pameran Bergengsi
Nilai tersebut meningkat pesat sebesar 135 persen (year on year) dibanding 2019 yang sebesar 4.829 ton dengan nilai ekspor USD 4,1 juta.
Reni mengatakan pasar global menginginkan produk singkong yang berkualitas baik, dengan spesifikasi, warna putih, tidak pahit, rendah sianida, serta fresh pada saat diterima.
Salah pelaku IKM binaan Ditjen IKMA Kemenperin, yakni CV Nusantara Jaya Food, berinovasi melalui teknologi yang telah dikembangkannya sehingga mampu menjaga kesegaran singkong.
IKM binaan Ditjen IKMA Kemenperin dapat memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor sehingga dapat menembus pasar dunia dan melakukan ekspor perdana ke Curacao dengan brand sendiri, yaitu ‘Real Green’.
Produk singkong beku perusahaan asal Malang itu sudah masuk di pasar Eropa, antara lain di Belanda dengan menggunakan white label (produk yang dijual oleh pengecer dengan merek dan logo mereka sendiri, tetapi produk diproduksi oleh pihak ketiga). (mcr28/jpnn)
Redaktur : Elvi Robiatul
Reporter : Wenti Ayu Apsari