jpnn.com, CIANJUR - Jagat media sosial di kota santri sedang hangat memperbincangkan kebiasaan murid sekolah dasar di Cianjur, Jabar yang membuat kerajinan hingga furniture dari kumpulan sampah plastik.
Kebiasaan baik dan kreativitas sejak dini itu dilakukan di SDN Sukatani, Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.
BACA JUGA: Duh! Sampah Plastik 500 Kilogram Ditemukan di Kali Porong
Hasil karya anak-anak tersebut sedap dipandang dan tentunya tak mencemari lingkungan. Sekolah memang mengajarkan para siswa agar bisa memanfaakan sampah dengan baik.
Termasuk memanfaatkan limbah plastik dengan sistem ecobrick atau yang akrab dikenal dengan bata ramah lingkungan.
BACA JUGA: Octopus, Aplikasi untuk Atasi Masalah Sampah
Sistem Ecobrick dipilih karena bisa membuat sampah menjadi kerajinan tangan yang bernilai ekonomis.
Salah satu murid kelas 5 A SDN Sukatani, Revan (12) mengaku senang dengan kegiatan yang dilakukan bersama teman-teman di sekolahnya.
BACA JUGA: Museum dari Sampah Plastik di Gresik Ingatkan Masalah Lingkungan di Indonesia
Revan mengatakan hasil karyanya ditukar dengan nilai pelajaran yakni Seni budaya Kerajinan (SBK), Ilmu Pengetahuan Alam, dan PPKN.
“Sangat senang, tak hanya dapat mengelola sampah dengan baik tapi dapat nilai juga dari para guru,” ujar Revan.
Kepala SDN Sukatani, Nurhayati mengatakan ide awal program sampah ecobrik adalah keprihatinanya melihat sampah yang menggunung sehingga dia dan guru-guru membuat ide pemanfaatan sampah plastik melibatkan para siswa.
“Siswa dan siswi dilatih agar menjadi duta lingkungan untuk dirinya juga keluarganya dengan memanfaatkan sampah hasil olahan makanan menjadi beberapa kerajinan,” kata Nurhayati.
Nurhayati mengatakan proses pembuatan barang kerajinan, awalnya sampah plastik bekas olahan makanan dimasukan ke botol plastik.
Kemudian diisi padat dengan limbah nonbiological untuk membuat blok bangunan yang bisa digunakan berbagai keperluan.
“Beberapa hasil karya dari sampah ecobrik di antaranya gerbang sekolah, meja, kursi, pot bunga dan lainnya,” katanya.
Nurhayati mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk menanggulangi sampah plastik baru yang hanya dapat terurai setelah 450 tahun lamanya.
"Solusi dari kami seperti itu, kalau dibakar justru akan menyebabkan pencemaran lingkungan,” katanya.
Nurhayati berharap dengan program yang telah diterapkan selama 2 tahun ini mampu menjawab persoalan sampah di masyarakat.
Dia juga sudah menyampaikan program ini kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur.
Pihak Disdik Cianjur sangat merespons baik dan berharap program ini diikuti oleh sekolah lainnya.
"Alhamdulillah bupati juga sudah share di media sosialnya, semoga program baik ini menjadi inspirasi bagi sekolah lainnya," katanya.
Menurut Nurhayati, pesan moral yang ingin disampaikan dari program ini bahwa masalah sampah adalah masalah bersama yang menuntut penyelesaian secara kontinyu.
"Misinya sendiri kearifan lokal dan spiritual terwujud dalam kegiatan sehari-hari yang sudah menjadi gaya hidup," katanya.
Dia mengatakan kegiatan ini masuk kurikulum sehingga semangat semua murid makin terpacu untuk memungut sampah dari rumah sambil perjalanan ke sekolah. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia