jpnn.com, JAKARTA - Desainer Oscar Lawalata tengah bersiap memamerkan busana rancangannya di Pameran UNESCO Head Quarter, Paris, pada Juni 2018.
Kali ini, dia akan membawa misi khusus untuk mempromosikan batik dari berbagai aspek.
BACA JUGA: Sepatu Berlapis Batik yang Trendi dan Elegan
Dengan menggagas Batik Foe The World, kakak aktor Mario Lawalata itu menggandeng salah satu bank milik pemerintah membuat kegiatan peduli batik yang mencakup aspek dari pembinaan para pengrajin, meningkatkan kualitas batik, hingga mempromosikannya kepada khalayak internasional.
"Awalnya saya berpikir sejak diberi penganugerahan batik oleh UNESCO sekitar tahun 2009. Sejak itu kita belum memperlihatkan kembali kepada UNESCO bagaimana batik berkembang, baik secara industrinya atau pelestariannya," ungkap Oscar Lawalata dalam konferensi pers Batik For The World di Museum Bank Mandiri, Jakarta Barat, Rabu (25/10).
BACA JUGA: Melihat Perpaduan Kecantikan Batik dan Kemegahan Mercy
Oscar mencoba meyakinkan kepada UNESCO bagaimana para pengrajin begitu melestarikan batik dan kepedulian terhadap banyak hal untuk mempertahankan batik. Atas usahanya itu, pihak UNESCO pun menerima pameran ini.
"Pameran ini tidak hanya memamerkan karya. Tapi kami ingin juga memperlihatkan bagaimana kepedulian kami terhadap pengrajin batik. Kami mulai dari Jawa Timur. Melakukan pemetaan, di Ponorogo, Trenggalek, Kediri, Surabaya, Madura. Sudah kami lihat dan kurasikan," jelas Oscar.
BACA JUGA: Dewi Sandra dan Filosfi Batik Cinta dari Semarang
Untuk mempersiapkan pamerannya, Oscar telah bekerja sama dengan para pengrajin batik di beberapa daerah tersebut.
"Kami menguatkan pada budayanya, motif setiap daerah kami pelajari. Penggunaan warna-warna dan jenis kainnya. Mungkin batik dengan gaya modern sah-sah saja, tetapi akarnya harus dijaga," jelasnya,
Dia juga ingin menunjukkan kepada dunia bahwa batik yang dipakai secara eksklusif dan memiliki nilai yang tinggi dihasilkan oleh tangan-tangan dari masyarakat tradisional. Oscar juga akan membawa batik dengan beragam motif dan warna sesuai ciri khas daerah tertentu. Mulai dari batik Cirebon, Madura, hingga Trenggalek.
"Supaya orang tahu mengapa UNESCO memberikan penghargaan ke Indonesia. Di Jawa Timur yang perlu digarisbawahi banyak menggunakan pewarnaan alam. Dan dunia concern kepada bahan ramah lingkungan," pungkas Oscar.(mg7/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gambar Burung di Batik Pak Habibie Ini Bermakna Dalam Sekali
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh