Keren! Relawan Gugus Tugas Covid-19 Gelar Bakti Sosial di Pasar Tebet

Rabu, 24 Juni 2020 – 01:05 WIB
Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19 di bawah koordinator Andre Rahadian menggelar baksos di Pasar PSPT Tebet pada Rabu (15/6/2020). Foto: Gugus Tugas Covid-19

jpnn.com, JAKARTA - Ada yang aneh di los daging Pasar PSPT Tebet, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu. Di antara daging-daging yang bergelantungan di lantai basement, satu cantelan bukan digunakan menggantungkan daging jualan, tetapi buat menggantung face shield yang baru saja diterima dari relawan Gugus Tugas Covid-19.

Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19 di bawah koordinator Andre Rahadian menggelar baksos di Pasar PSPT Tebet pada Rabu (15/6/2020) lalu. Mereka menyisir mulai dari lantai basement (sayuran, daging, sembako), lantai 1 (kosmetik, stationery, elektronik), lantai 2 (pakaian, toko mas, dan toko plastik), lantai 3 (penjahit, dan aneka jasa servis).

BACA JUGA: Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Puji Kebijakan Nadiem Makarim

Para relawan membagikan masker, face shield, dan hand sanitizer kepada para pedagang. Para relawan juga mengimbau untuk tetap menjaga jarak dan melaksanakan protokol kesehatan.

Para relawan yang umumnya terdiri dari warga sekitar Tebet, antusias melaksanakan tugas. Mereka masuk ke los-los pasar.

BACA JUGA: Ultimate U dan Brand-brand Lokal Donasikan Bantuan Melalui Gugus Tugas Covid-19

“Baksos ini kami selenggarakan selama 14 hari. Para relawan selain membagikan face shield dan hand sanitizer, juga mengajak para pedagang dan pembeli untuk selalu mengenakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, dan tidak mengusap wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata,” ujar Andre Rahadian seperti dilansir dalam siaran persnya, Selasa (23/6).

Waktu dua minggu diperlukan untuk mengukur perubahan perilaku pedagang dan pembeli pasar. Program ini juga didukung Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

BACA JUGA: Bamsoet Minta Gugus Tugas Covid-19 Kaji Dampak Sosial Pengaturan Jam Kerja ASN

“Memang, pada hari-hari pertama, masih banyak yang membandel. Meski sudah menerima face shield tetapi hanya dipakai sebentar, setelah itu dilepas. Alasannya pengap,” ujar Andre.

Seperti yang dikeluhkan pedagang sayur, Yuni. Saat ditanya, mengapa face shield tidak dikenakan? “Ribet dan ngap...,” tukasnya seraya melempar tanya.

“Kalau salah satu saja boleh enggak?”.

Yang dia maksud adalah pilihan salah satu antara memakai masker atau face shield.

Relawan dengan sabar memberi pengertian pentingnya face shield karena berhadapan dengan banyak pembeli.

Keluhan Yuni, sama dengan Sutrisno, penjual daging yang juga mengaku tidak nyaman jika harus memakai masker plus face shield. Tetapi beda dengan Muhammad, yang penjual beras.

Ia mengaku nyaman-nyaman saja memakai masker dan face shield sekaligus. Lokasinya yang dekat dengan area parkir, membuat dia merasa tidak merasa pengap. Beda dengan lokasi berjualan Yuni dan Sutrisno yang lebih ke dalam.

Toh, pedagang (dan pembeli) tidak punya pilihan lain. Mereka harus mengikuti protokol kesehatan. Mereka harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Berusaha untuk beraktivitas tetapi dengan kesadaran tinggi, bahwa virus corona belum hilang dari sekitarnya.

Menurut Andre, para relawan melaporkan bahwa hari pertama mereka turun ke pasar PSPT Tebet, banyak menjumpai pedagang yang memakai masker sekadar “basa-basi”.

Padahal, saat itu, pukul 08.00 kondisi pasar sedang ramai. “Siang pukul 12.00, kondisi pasar sudah mulai lengang. Beberapa pedagang melepas face shield. Benar-benar tidak mudah untuk mengubah kebiasaan,” keluh Andre.

Tim relawan yang membuka posko di halaman pasar, memasang standing banner serta menyebar brosur sosialisasi. Tim juga mendapati banyak hal yang perlu dibenahi di Pasar Tebet. Misalnya, peletakan barang dagangan yang cenderung semrawut, mengakibatkan akses jalan menjadi semput.

“Beruntung, kami juga didampingi pengurus PD Pasar Tebet. Mereka spontan menertibkan dagangan yang semrawut,” tambahnya.

Andre juga mencatat, masih terlalu banyak akses masuk ke pasar yang dibuka. Seharusnya, akses masuk dan keluar pasar lebih dibatasi untuk mengontrol lalu-lintas manusia.

“Kami juga mendapat informasi, petugas Satpol PP setiap hari beroperasi di lingkungan pasar untuk menertibkan masyarakat yang tidak mengenakan masker,” katanya.

Informasi lain adalah adanya pasar kaget tak jauh dari lokasi Pasar Tebet. Kegiatan pasar kaget dimulai habis subuh, sekitar pukul 05.00 sampai sekitar pukul 09.00 WIB.

Lebih Tertib

Hari pertama pelaksanaan baksos Tim Relawan Gugus Tugas Covid-19, sejumlah pejabat hadir dan ikut memantau langsung kondisi Pasar Tebet. Di antara mereka tampak Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan, Direktur Kesiapsiagaan, Enny, Dirut PD Pasar Jaya Arief Nasrudin, Kasi Biro Dinsos DKI Jakarta, Zaenal, dan Lurah Tebet Siti Fauziyah Ghazali.

Acara dihadiri Wakil Ketua Pangarso Suryotomo dan ketua bidang nonmedis Dandi Prasetya. Beberapa saat kemudian, menyusul hadir Wali Kota Jakarta Selatan, Marullah Matali.

Para pejabat tersebut juga melakukan inspeksi mendadak ke dalam pasar. Mereka berdialog dengan para pedagang dan pembeli.

“Setidaknya, ada perbaikan konkret yang langsung dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19,” kata Andre.

Demi mengetahui para pejabat hadir di Pasar Tebet, seketika tempat cuci tangan diperbaiki. Bilik disinfektan juga diaktifkan.

Tampak pula petugas PD Pasar Jaya melakukan cek suhu dengan therman gun. Keluhan relawan tentang banyaknya akses masuk-keluar pasar juga langsung diperhatikan. Beberapa pintu langsung ditutup.

Andre menggarisbawahi hadirnya relawan yang merupakan warga Tebet. 

“Pendekatannya jadi terasa lebih personal, karena banyak di antara relawan yang kenal dengan para pedagang maupun para pembeli. Dengan begitu, sosialisasi terasa lebih cair,” ujarnya.

Upaya mewujudkan “Pasar Tangguh” juga diapresiasi banyak pihak. Wali Kota Jakarta Selatan bahkan meminta agar aksi sama juga dilakukan di Pasar Tebet Barat dan pasar-pasar lain di Jakarta Selatan.

Bukan hanya itu. Beberapa donor juga melirik kegiatan ini. Misalnya lembaga donor Australia yang memiliki program Siap Siaga juga sedia meniru kegiatan Tim Relawan Covid-19. Demikian pula relawan dari Baznar yang siap membantu mereplikasi kegiatan serupa di tempat lain.

Tim Relawan Covid-19 juga sedang mensurvei Pasar Minggu dan berkoordinasi dengan pengelola pasar.

“Saat ini kami sedang mendata relawan yang berdomisili di sekitar Pasar Minggu. Pola seperti di Tebet akan kami terapkan pula di Pasar Minggu. Kemudian ke stasiun Manggarai,” tambahnya.

Terbilang sukses dengan program “Pasar Tangguh” di Tebet, tidak membuat Andre puas. Tampak di wajahnya masih terpancar sesuatu yang mengganjal.

“Benar, saya concern dengan kesadaran masyarakat. Diam-diam di Tebet tadi saya memperhatikan, banyak pedagang melepas masker atau face shield. Mereka buru-buru memakai kalau melihat petugas bersama tim relawan datang. Saya prihatin,” ujarnya.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler